5 Tahun yang lalu
Pamungkas sampai perusahaan siang hari guna melakukan jadwal pemotretan di Tabloid Navi. Langkah kakinya berjalan menyusuri area kantor yang sudah 2 tahun ini menjadi sumber pendapatannya.
Berurusan dengan dunia multimedia sudah menjadi passionnya sejak sekolah kejuruan. Hobi potret dan segala hal lain yang berhubungan dengan audiovisual menarik minat bakatnya. Tak heran jika dirinya memutuskan kuliah di ITS Surabaya. Jauh-jauh meninggalkan Pulau Bali yang sudah dihuninya sejak lahir.
Mama Pamungkas tak keberatan, dipikirnya anak cowok ya biar saja.
Langkahnya terhenti ketika melihat gadis duduk di kursi samping meja resepsionis. Kedua mata mereka bertemu, ada rasa mendalam yang saat itu Pamungkas rasakan. Mata dengan pengelihatan tajam tapi bukan genit. Memikat justru, meneduhkan hati bagi siapapun yang melihatnya.
"Siapa Key?" Bisik Pamungkas pada Keyla yang bertugas sebagai resepsionis.
"Calon anak baru, editor majalah cuti lahiran," jelas Keyla pada Pamungkas yang emang penasaran.
Pamungkas nitip tas pada Keyla, langkahnya menuju aquarium kecil yang terletak di sudut jendela. Menyibakkan gorden sehingga terlihat pemandangan di luar. Pamungkas melirik gadis yang masih sibuk sama ponselnya.
Ego Pamungkas terluka, biasanya dia dengan mudah menarik perhatian gadis. Tapi kenapa gadis ini sama sekali tidak meliriknya, apa dia lesbi? Pikiran laknat Pamungkas bermunculan.
Feirin namanya, sosok gadis yang sedang mendobrak hati Pamungkas sejak pertama bertemu. Masih sibuk melihat ke arah bawah dan sibuk dengan ponselnya.
"Mbak Feirin, mari saya antar bertemu dengan Pak Viky," Keyla datang menghampiri Feirin.
"Oh baik."
Langkah kaki Feirin mengikuti Keyla memasuki ruangan yang berdinding kaca.
Sementara di luar, Pamungkas tak habis pikir, bisa-bisanya ada yang tidak peduli wajah tampannya.
*
Dua minggu ini Pamungkas berangkat kerja lebih awal. Tak sulit mengetahui kebiasaan Feirin yang tiap pagi ngopi dulu di teras lantai dua.