Cinta Feirin

Tika Lestari
Chapter #6

Tanda Tanya

Dua hari ini Feirin izin tidak masuk kerja. Sejak hubungannya dengan Pamungkas runyam, Feirin jadi pendiam. Tiap cek smartphone, dia berharap Pamungkas menghubungi dirinya. Tapi harapan hanya harapan, tak ada tanda-tanda pria itu menghubungi dirinya.

Feirin menuruni anak tangga dengan lunglai. Menuju dapur barangkali ada yang di makan. Biasanya mama menyiapkan sarapan sederhana sebagai pengganjal perut. Sebelum mama pergi untuk bekerja.

Melihat isi kulkas tidak ada buah yang mungkin bisa membangkitkan mood pagi hari.

"Duh, yang patah hati udah bangkit lagi nih," sapa Mama.

Feirin hampir g5 tersedak air liurnya sendiri. Kebiasaan tidak ada suara langkah kaki, tapi tiba-tiba muncul.

"Pelan-pelan dong sayang," kata Mama sambil mengelus pundak Feirin.

"Mama nggak kerja?" tanya Feirin.

"Ada, nanti siang ketemu rekan buat bahas kasus," jelas Feirin.

Mama Kania namanya, kerja di kantor hukum sebagai pengacara. Sementara Papanya bekerja sebagai dosen di UIN. Sebenarnya kisah cinta orang tua Feirin cukup tragis. Saat mama dan papanya menikah, keduanya harus siap kehilangan keluarga besarnya. Karena masing-masing tidak ada yang mau pindah keyakinan. Memutuskan menikah di luar negeri. Kemudian pindah ke Surabaya karena keluarga mereka di Solo tidak ada yang mau menerima lagi.

Awal-awal keduanya merintis karier dengan susah payah. Hanya hidup berdua di Surabaya. Berjuang mencari pekerjaan dengan membawa ijasah strata satu. Orang tuanya harmonis, mengingat sudah tidak memiliki keluarga lagi.

Ketika Feirin lahir, ayahnya mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 memakai jalur beasiswa. Mamanya saat itu menjadi konsultan hukum harus resign dari tempat kerja. Mengikuti suaminya kuliah di Jakarta.

Mama harus adaptasi dengan lingkungan baru. Menjadi new mom dengan tinggal di kontrakan kecil, mama tetap berusaha untuk menjaga mental. Papa juga demikian, setiap pulang kuliah, masih lanjut membuat tulisan untuk dikirim ke media massa. Kadang jadi guru privat, kadang jadi asisten dosen.

Sedangkan mama tidak ingin meninggalkan Feirin diasuh babysister. Selain bertujuan untuk hemat, mama ingin sekali mengasuh Feirin dengan tangannya sendiri. Mengirim tulisan ke media massa juga mama lakoni. Bahkan pernah juga jualan online untuk sekedar menambah keperluan sehari-hari.

"Papa belum pulang Ma?" tanya Feirin.

"Nanti sore sepertinya, mama sekalian jemput ke bandara.

Oh ya, papa memang sering dinas ke luar kota karena urusan kampus. Meskipun sudah jadi dosen tetap di UIN, papa juga aktif dalam urusan kemenag. Jadi bisa dibilang kesibukan papa tidak hanya di dalam kampus saja, melainkan di luar kampus juga.

"Gimana, udah sembuh belum hatinya?" tanya Mama.

"Ya kali Ma, sembuh patah hati dua hari doang," sanggah Feirin.

"Habisnya kamu sih, udah dibilangin jangan diterusin," jawab mama, "eh kalian maksudnya," mama melanjutkan.

Lihat selengkapnya