"Habis ini Bapak mau ke mana?" tanya Jonathan pada Pak Basuki.
"Saya pulang duluan saja, terima kasih ya sudah menemani saya hari ini."
Keduanya berpisah di depan aula graha pena. Acara yang diadakan peradi barusan cukup melelahkan tapi juga seru. Setahun sekali pasti acara sejenis ini diadakan. Jonathan dan Pak Basuki tidak mungkin melewatkan. Apalagi Jonathan yang masih haus akan ilmu hukum.
Jonathan melihat id card peserta jatuh. Mengambil id card tersebut dan memanggil si empunya.
"Bu, maaf, id card ibu jatuh," Jonathan menyejajarkan langkahnya.
"Jonathan?"
Yang merasa punya nama berasa kikuk. Jonathan memincingkan mata, pertanda bahwa dia heran kok bisa tau namanya padahal Jonathan tak memakai id card lagi. Perempuan yang usianya berkisar 40 tahun itu terlihat berwibawa saat tersenyum.
"Wah kamu sudah besar ya, bahkan hampir saja saya tak mengenali," ucapnya.
"Maaf, ibu mengenal saya?" Jonathan blak-blakan.
Jonathan kemudian mengikuti isyarat mata untuk melihat id card yang dipegangnya. Kania Pramesti.
Jonathan melihat lagi pemilik id card. Ingatannya mungkin memang buruk, tapi tidak dengan nama. Nama yang sejak puluhan tahun lalu sudah dikenalnya.
"Tante Kania," Jonathan kemudian menyalami Kania dengan hormat. Matanya berkaca-kaca karena ingatan masa lalu terbayang.
Kania tersenyum menyambut Jonathan seperti anak sendiri. Kania sama sekali tak lupa dengan Jonathan meskipun sudah lama tak bertemu.
"Kamu masih ada waktu? Kita ngobrol dulu gimana?" ucap Kania.
Jonathan menyetujui, karena memang tidak ada urusan lagi. Langkahnya kemudian menuju lift, menuju area HokBen yang letaknya di samping gedung. Cukup jalan kaki saja, biar kendaraannya tetap di parkiran graha pena.
Usai memesan makanan, dan membawa nampan yang berisi menu makan siang. Mereka memilih duduk di lantai dua dekat jendela. Sambil melihat lalu lalang kendaraan yang lewat di bawah sana.
"Jadi, kamu satu lini sama Pak Basuki ya?" tanya Kania.
"Iya Tante, sejak strata satu saya sudah mengekor beliau," jelas Jonathan.
"Saya juga kenal Pak Basuki, kadang kalau ke UIN buat nemenin suami, suka bersua sama Pak Bas," jelas Kania, "kamu masih ingat kan suami saya?" tanya Kania.
Jonathan lupa nama beliau, tapi Jonathan ingat betul ketika setiap habis jumatan, Jonathan dikasih nasi kotak yang didapat dari masjid. Ingatan saat kecil, entah kenapa memorinya tersimpan rapi.
"Kamu dulu kenapa tiba-tiba pergi dari kontrakan?" tanya Kania.