Sekilas Yusuf melirik jam yang melingkar di tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam tepat. Sudah larut sekali ia menikmati birthday party Melody. Waktunya ia pulang.
Yusuf beranjak dari posisi duduk. Ia berjalan mendekati rombongan melodi yang duduk tak jauh darinya di seberang.
"Melody! Gue pamit pulang, ya? Udah malem banget ini, Bokap Nyokap gue juga nyariin dari tadi." pamit Yusuf. Tak lupa ia menunjukkan layar ponselnya ke Melody sebagai bukti. Banyak pesan dan panggilan telepon dari Nada, David, dan Hawa. Ketiga orang itu benar-benar mencari Yusuf.
Melody langsung berdiri, memasang raut wajah protes, "Eh, Yusuuff! Jangan, dong! Pestanya belum dimulai, masa kamu udah pergi aja?!"
Yusuf terenyak, "Belum mulai, mata lo siwer! Dari tadi dugem-dugem gak jelas apaan?" kemudian Yusuf hendak melangkah pergi. "Ah, ude! Gue mau pulang, bodo amat! Gue udah datang juga! Bye, Mel!"
"Yusuf, no!" cegah Melody, cepat menahan lengan Yusuf. Dengan santai wanita itu menggandeng lengan Yusuf, supaya kesulitan pergi. "Jangan pergi, Yusuf... Please... Ini kan, ulang tahun gue, jahat bener lo ninggalin gue di hari spesial gue."
Yusuf merasa risih dengan Melody yang menggandeng lengannya seenaknya. Tampaknya wanita itu berani berbuat demikian karena terpengeruh alkohol. Sesaat setelah pemotongan kue, sesi acara berikutnya adalah pesta musik yang menurut Yusuf tak jelas.
Kebanyakan temannya menikmati pesta dengan minum-minuman alkohol. Sementara Yusuf hanya menikmati jus jeruk dingin. Tak akan pernah ia sentuh barang haram itu. Apapun barang haram yang Anak seumurannya rata-rata sudah sentuh, belum pernah Yusuf cicipi. Terlahir di keluarga Helvin, mempunyai Ayah yang Mualaf, dan Kakak yang Dosen Keagamaan Islam, membuat Yusuf mengikuti jejak keluarga. Yusuf jadi tahu Agama. Aturan Agama ia jalankan.
"Mel, Mel! Melody, lepas!" berontak Yusuf berusaha melepas gandengan Melody, tapi gagal. Sempat terlepas, namun dengan cepat Melody mengeratkan gandengannya lagi.
"Gak mau!" tolak Melody manja.
Yusuf menghela napas panjang."Gue mau pulang, Mel. Ini udah malam." suara Yusuf memelan.
Yusuf akan coba berkata baik-baik kepada Melody. Mungkin saja dengan cara itu, hati Melody luluh. Begitulah cara membujuk wanita yang ia ketahui dari Mommy nya.
"Ini belum malam, Yusuf. Lo hadir di sini pun sebentar banget."
"Buta lo, mata lo!" celetuk Yusuf tanpa sadar. "Gue udah hadir dua jam di sini, padahal janjinya sejam aja. Itu yang lo bilang sebentar? Gila, lo!"
Cara lembutnya tak jadi Yusuf lakukan. Sepertinya Melody bukan tipikal wanita yang dapat dibujuk dengan cara lembut. Wanita bar bar sepertinya, hanya bisa dilakukan dengan cara bar bar juga.
"Gue gila karena lo, Yusuf." lirih Melody serak. Efek alkohol sangat kuat mempengaruhi diri wanita itu.
"Lepas, Melody!" Yusuf masih terus berupaya melepaskan gandengan Melody.
"Lo wangi banget sih, Yusuf. Ini yang gue suka dari, lo. Selain ganteng, lo juga wangi."
"Heh, Mel! Istighfar, lo, istighfar!" peringat Yusuf, lantaran Melody tengah mengendus-ngedus pakaiannya.
"Lo pakai parfume apa, sih? Wangiii, hehehe..." semakin menggila Melody mengendus-ngendus pakaian Yusuf. Bahkan hidung wanita itu bergerak ke atas. Tubuh Melody yang tak terlalu tinggi, membuat wanita itu harus berjinjit untuk mengendus leher Yusuf. "Di atas sini makin wangi, jadi pengen ciuummm..." lanjut wanita itu, membuat Yusuf terbelalak.
"Heh, gue aduin Bapak lo, ye!" spontan Yusuf membekap muka Melody. Menjauhkan jarak Melody dari tubuhnya.
Telapak kaki Melody menghentak kesal ke tanah, "Iiihh, Yusufff... Mau ciuuumm, masa gak boleehh? Pelit amat, siihhh?!"
"Sinting, lo!" cerca Yusuf tak habis pikir.
Bibir merah merona Melody maju ke depan. Kedua tangannya kemudian merentang lebar, hendak memeluk Yusuf.
Mengetahui niatan buruk Melody, segera Yusuf bertindak. "Berhenti, lo! Jangan macam-macam lo, wanita terkutuk! Jangan ngedeket!"
"Tapi, lo wangiii... Gue suka bau, lo!" bibir Melody berubah cemberut.
"Bakal gue beliin parfume yang gue pakek ini, ke elo! Segerobak! Bahkan setoko parfume nya gue beliin buat, lo!"
"Gue maunya lo aja, biar bisa di peluukk!"
"Anjay, nih, cewek! Bar bar sangat!" rutuk Yusuf dibatin.
Ke kanan ke kiri mata Yusuf melirik. Ia sedang mencari cara agar bisa kabur. Memperhatikan sekitar, tak ada yang satu pun orang waras yang bisa ia minta pertolongan. Semuanya dalam keadaan mabuk.
"Ayolah, Yusuf! Cari akal buat kabur! Otak, ayolah, otak! Bekerja, lah!"
Akhirnya Yusuf menemukan sebuah ide. Jari telunjuk Yusuf mengarah ke atas langit. "Astaghfirullah, apaan tuh yang ada di langit?! Kuntilanak kayang, Allahuakbar!"
Semua orang terintruksi berkat teriakan heboh Yusuf, termasuk Melody. Pandangan seluruh orang sontak mengarah ke atas langit. Gerak refleks manusiawi, yang diakibatkan oleh rasa penasaran.
Saat semua orang sibuk menatap langit, itulah kesempatan Yusuf kabur. Tak ia sia-siakan. Mengambil langkah seribu Yusuf, pergi dari kebun mawar rumah Melody. Lokasi di mana birthday party itu terselenggara.
Menyadari tak ada hal aneh di langit, Melody tersadar. Ia kembali menoleh ke tempat Yusuf berdiri. "Nggak ada apa-apa kok, Yus... Suf... YUSUUUFFF!"
Jeritan Melody memekakkan telinga semua orang. Serentak tamu undangan yang hadir menutup kedua telinga. Melody kesal bukan main ditinggal Yusuf tanpa pamit.
Wanita itu merengek bak Anak kecil. Menggila ia, sampai tubuhnya ia jatuhkan ke tanah. Melody meronta-ronta di atas rumput.
Tiga orang sahabat Melody mendekat. Masing-masing dari mereka coba menangkan Melody.
"Mel, tenang, Mel."
"Lo yang sabar ya, Mel."
"Yok, Mel, berdiri. Ini kotor, Mel."
"Aaaaa, bodo amat!" bentak Melody membuat ketiga temannya bungkam. "Gue gak bisa tenang sebelum Yusuf balik ke sini! I like him, he my man, he my boo, i want him!!! Gue mau Yusuf, gue mau diaaa! Huwaaa!"
Menangis hebat Melody di tanah. Ia belum juga berdiri. Tangisan hebatnya membuat suasana ulang tahunnya buruk. Ketiga temannya pun bingung, tak tahu harus menenangkan Melody pakai cara apa lagi.
Kedua telapak tangan Melody, mencengkeram rumput. Napas wanita itu memburu. Amarahnya tertahan di dada. "Yusuf, lo jahat banget! Lo... Lo bakalan nyesel berat udah buat jahat gini sama gue! Gue sumpahin, di perjalanan lo dapat musibah! Balasan yang setimpal atas perbuatan jahat lo ke gueee!"
°°°
Di tengah malam, mobil Yusuf membelah jalan. Kecepatan mobil Yusuf lumayan kencang lantaran jalan tampak renggang oleh kendaraan berlalu-lalang. Fokus Yusuf terbagi ketika mengendarai mobil. Curi-curi pandangan ia ke ponsel dan arah jalan di depan. Pria itu punya urusan dengan alat canggih berbentuk persegi panjang dan tipis tersebut.
"Hem! Makan tuh parfume gue puas-puas setokonya!" celoteh Yusuf yang tatapannya sesekali melirik ponsel dan arah jalan. Tapi lebih kebanyakan ke arah ponsel.
Pria itu asik memainkan ponsel saat berkendara karena urusan penting. Mengenai Melody. Tadi wanita itu kesetanan mengendus-ngendus tubuhnya. Alasan wanita itu karena parfume yang Yusuf kenakan wangi. Oleh karena itu, Yusuf berinisiatif membelikan parfume yang ia pakai untuk Melody. Hitung-hitung untuk kado ulang tahun wanita itu. Jumlah parfume yang Yusuf beli tidak tanggung-tanggung. Seluruh parfume ber-merk sama dengan yang ia kenakan, pria itu borong semua untuk Melody.
Bisa terbayangkan berapa uang yang mesti Yusuf keluarkan? Apalagi parfume itu tidak ada di jual di Indonesia, melainkan di Inggris. Tentunya parfume yang Yusuf kenakan itu sangat mahal. Satu botol parfume beharga delapan ratus ribu. Pantas saja wanginya memabukkan.
Drt! Drt!
Baru sebentar Yusuf menatap jalanan, ponselnya berbunyi, kembali mengusik fokus otaknya. Ponselnya yang tergeletak di rak atas radio, dia ambil. Berhasil Yusuf dapat ponselnya itu, meski harus meraba-raba susah payah lantaran sorot mata menuju jalanan.
Sekilas Yusuf melirik ponselnya, penasaran siapa gerangan yang menelepon. Tertera nama penelepon adalah, "My Rich Daddy". Rupanya yang menelepon David.
Yusuf menggeser panel hijau. "Assalamu'alaikum, Dad. Yusuf udah di jalan ini, sebentar lagi sampe rumah." tahu pertanyaan apa yang akan David ajukan, maka dari itu Yusuf jawab tanpa ditanya dulu.
"Wa'alaikumsallam, yaudah, cepetan. Udah malam banget ini. Kakak kamu itu dari tadi ngomel-ngomel gak jelas. Dia sampe nungguin kamu di depan teras."
"Mampus gue, pulang-pulang kena oceh Mak Lampir dulu!" batin Yusuf panik. Mulai berpikir Yusuf, bagaimana caranya menghindari amukan Hawa sesampainya di rumah.
"Cepetan pulang, ya, Nak. Assalamu'alaikum." suara David di seberang telepon, menyadarkan Yusuf dari pergulatan pikiran. Sambungan telepon sudah terputus setelah Yusuf tersadar.
"Wa'alaikumsallam," tetap Yusuf jawab salam David, walau terlambat.
Tring!