Cinta Gadis Dalam Senyap Lara

Moycha Zia
Chapter #10

Chapter #10 Kenyataan yang Pahit

Keyrine mengangkat kepalanya menatap Michael dengan mata sembab.

Keyrine berkata, “Tapi sekarang apa gunanya, Mas? Uang dari penjualan rumah itu apa bisa membayar harga dari hilangnya kepercayaan Kak Erisa? Apa bisa membayar harga dari hancurnya keluarga kita?”

Michael tidak menjawab. Ia tahu Keyrine benar. Uang itu yang semula dianggap sebagai penyelamat, kini terasa seperti kutukan. Setiap lembar rupiah terasa diwarnai air mata Erisa dan kepolosan Martyn yang tak berdosa. Mereka telah kehilangan jauh lebih banyak daripada yang mereka dapatkan.

 

****

Hari-hari berikutnya berlalu dalam kesunyian yang mencekam. Keyrine merasa hampa. Pekerjaannya di rumah terasa lebih berat, karena setiap sudut rumah mengingatkannya pada Erisa dan Martyn. Setiap piring yang di siapkan terasa terlalu banyak, setiap senyum yang di paksakan terasa palsu. Ia mencoba menghubungi Erisa melalui nomor lama, namun tidak ada jawaban.

Keyrine bergumam sambil memegang ponsel, “Ka, dimana kau? Apakah kau baik-baik saja? Martyn, apakah ia makan dengan cukup? Maafkan aku, Ka. Maafkan aku.”

Michael juga merasakan dampak dari keputusan mereka. Tekanan di tempat kerja terasa semakin berat. Ia sering melamun memikirkan ekspresi Erisa saat menemukan surat penjualan rumah. Kata-kata pengkhianat terus terngiang di telinganya. Rasa bersalah itu menusuk menghancurkan ketenangan tidurnya. Nafsu makannya berkurang dan tubuhnya terlihat semakin kurus.

Michael duduk sendiri di ruang tamu dengan menatap kosong pada dindingnya, “Aku sudah menghancurkan segalanya. Aku seharusnya tidak pernah melakukannya.”

Kenyataan pahit itu kini menghantam mereka berdua dengan telak. Mereka tidak hanya kehilangan sebagian besar keluarga mereka, tetapi juga kedamaian hati mereka sendiri. Rumah yang dulu hangat dengan kehadiran Erisa dan Martyn kini terasa dingin dan kosong di penuhi oleh bayangan penyesalan dan rasa bersalah yang tak berujung. Uang yang mereka peroleh terasa tidak sebanding dengan harga yang harus di bayar dengan retkanya hubungan keluarga yang mungkin tak bisa di perbaiki lagi.


****

keesokan paginya, matahari bersinar cerah, namun tidak sepenuhnya mampu mengusir bayangan kesedihan dari wajah Erisa. Ia terbangun di sofa yang nyaman di toko kue Bu Sari dengan Martyn yang masih terlelap di sampingnya. Aroma manis roti panggang memenuhi udara sedikit menghangatkan suasana hati Erisa.

Lihat selengkapnya