Cinta Gadis Dalam Senyap Lara

Moycha Zia
Chapter #12

Chapter #12 Mencari Solusi yang Cepat

Michael, Keyrine, Erisa dan Martyn tiba kembali di rumah.suasana terasa canggung dan tegang. Tidak ada lagi tawa riang Martyn yang berlarian menyambut atau pelukan hangat Keyrine kepada Erisa. Ada kelegaan yang samar di wajah Michael dan Keyrine, namun juga kegelisahan yang besar. Mereka tahu ini bukan kemenangan, melainkan awal dari ujian berat.

Erisa membawa Martyn ke kamar mereka. Kamar itu masih sama, tetapi rasanya berbeda. Kenangan pahit masih mendekat di setiap sudut. Martyn, seperti biasa tampak senang berada di tempat yang di kenalnya, namun ia tetap lebih sering menempel pada Erisa.

Malam itu, makan malam terasa sunyi. Michael dan Keyrine berusaha menciptakan suasana hangat dan mencoba mengawali percakapan ringan kepada Erisa tentang hari-harinya di toko kue. Erisa menjawab seperlunya dengan bahasa isyarat yang tenang, namun menjaga jarak. Michael merasa perutnya mual, sementara Keyrine hanya bisa menunduk, sesekali melirik Erisa dan Martyn.


****

Sejak hari itu, Michael dan Keyrine berusaha keras untuk memenuhi janji mereka. Michael yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya dan sering pulang larut, kini lebih sering pulang tepat waktu. Ia mulai membantu pekerjaan rumah, sesuatu yang jarang ia lakukan sebelumnya. Ia bahkan mencoba mengajak Martyn bermain, meski masih sedikit canggung dalam berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus itu. Ia berbicara pada Erisa tentang niatnya untuk menjual mobilnya dan beberapa asset lain untuk mengumpulkan dana agar bisa membeli rumah lagi, atau setidaknya menyewa tempat yang lebih baik.

Suatu sore saat Erisa sedang menyiram tanaman, Michael berkata, “Erisa, aku sudah menghubungi beberapa agen property. Aku serius dengan rencanaku untuk menjual mobil dan mencari rumah baru untuk kita. Aku ingin kamu dan Martyn punya tempat yang layak dengan namamu di dalamnya, jika memungkinkan.”

Erisa hanya mengangguk, namun tatapannya sulit di tebak. Ia memang melihat usaha Michael, tetapi dinding kepercayaannya belum sepenuhnya runtuh.

Keyrine pun berusaha keras. Ia tidak lagi melamun. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersama Erisa dan Martyn, lalu membantu Erisa di dapur, atau sekadar duduk menemani Martyn menggambar. Ia belajar lebih banyak bahasa isyarat dari Erisa agar bisa berkomunikasi lebih baik dengan kakaknya. Ia mencoba meminta maaf setiap kali ada kesempatan dengan tulus.

Saat Erisa dan Keyrine sedang melipat pakaian, ia berkata, “Kak, aku tahu sulit bagimu percaya padaku lagi. Tapi aku janji akan berusaha setiap hari untuk menunjukkan aku pantas dimaafkan. Aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku ingin Martyn merasakan keluarga yang utuh.”

Erisa menatap Keyrine. Ia bisa melihat ketulusan di mata adiknya itu, kelelahan karena menanggung beban penyesalan. Hatinya sedikit melunak, namun ia tetap waspada. Luka itu masih terlalu baru.

Meski ada perubahan yang jelas. Erisa masih menyimpan keraguan. Setiap kali Michael atau Keyrine melalkukan sesuatu yang baik, ia akan teringat kembali pada saat mereka menjual rumahnya secara diam-diam. Kenangan itu seperti bayangan yang selalu menguntitnya. Ia memang memberikan kesempatan, namun itu bukan berarti ia telah melupakan atau memafkan sepenuhnya.

 

****

Lihat selengkapnya