Suasana tegang di rumah Michael dan Keyrine semakin sering terjadi, dan Erisa semakin menarik diri. Bisikan-bisikan tetangga yang menggosipkan Erisa dan Martyn terus menekan Keyrine memperparah rasa malunya. Ia merasa terjebak, terpecah antara rasa bersalahnya kepada Erisa dan keinginan untuk hidup normal.
Suatu sore, saat Keyrine sedang berbelanja di warung dekat rumah, ia tanpa sengaja mendengar percakapan beberapa ibu-ibu tetangga.
Ibu Ayu, “Dengar-dengar, Bu Ida itu lagi nyari menantu perempuan, lho.”
Ibu Ratmi, “Oh ya? Anak laki-laki yang mana? Yang itu, kan yang kerjanya mapan?”
Ibu Ayu, “Betul! Katanya mau yang kalem, rajin, bisa mengurus rumah. Tapi agak susah nyarinya, soalnya anaknya Bu Ida itu kan, dia maunya yang sedikit berbeda.”
Keyrine mengerutkan dahi mencoba menangkap isi pembicaraan mereka, “Sedikit berbeda?”
Hatinya berdesir. Ide gila mulai merayap di dalam benaknya, sebuah Solusi cepat untuk masalahnya, meskipun ia tahu itu akan menyakitkan.
Ia bergegas pulang dengan pikiran yang kacau balau. Setibanya di rumah ia langsung mencari Michael.
Keyrine dengan napas terengah-engah, matanya berbinar, “Aku punya ide! Mungkin ini bisa jadi solusi kita!”
Michael melihat perubahan ekspresi Keyrine merasa khawatir, “Ide apa? kau kenapa, Key?”
Keyrine mendekat, lalu merendahkan suaranya, “Aku tadi dengar di warung. Ada keluarga yang lagi nyari menantu perempuan. Anaknya mapan, Mas. Tapi dia butuh istri yang sedikit berbeda.”
Michael menatap Keyrine belum sepenuhnya mengerti arah pembicaraan istrinya.
Keyrine menggenggem tangan Michael, “Bagaimana kalau kita jodohkan kak Erisa?”
Michael terkesiap wajahnya berubah pucat. Ia menarik tangannya dari genggaman Keyrine.
Michael membelalak, “Apa katamu?! Menjodohkan Erisa? Keyrine, kau gila?! Setelah semua yang terjadi, kau mau melakukan ini pada kakakmu?!”
Suara Keyrine meninggi ada nada histeris, “Tapi ini solusi cepatnya, Mas! Kalau kak Erisa menikah, dia punya tempat tinggal sendiri, dia punya keluarga baru yang mengurusnya! Kita tidak akan malu lagi dengan tetangga! Dan dia juga bisa punya kehidupan yang lebih baik, kan? Mereka butuh yang kalem dan rajin, kak Erisa persis seperti itu!”
Michael meninggikan suaranya, “Tapi Erisa tunarungu, Key! Dan Martyn, apa kau tidak memikirkan Martyn? Apakah kau akan memisahkan mereka? Setelah semua yang mereka lalui, kau mau membuang mereka begitu saja dengan alasan perjodohan?! Ini gila! Ini pengkhianatan lagi, Key!”