Cinta Gadis Dalam Senyap Lara

Moycha Zia
Chapter #16

Chapter #16 Harapan Semu

Di suatu sore yang mendung, Erisa duduk di teras belakang rumah, jari-jari lentiknya merajut benang-benang menjadi sebuah syal. Alat bantu dengar yang melingkari telinganya terasa dingin dan asing. Alat itu pemberian dari Keyrine, adiknya, beberapa bulan lalu. Keyrine meyakinkannya, "Kakak dengan alat ini, kamu bisa mendengar dunia. Siapa tahu, jodohmu akan datang setelah ini."

Janji itu, janji tentang jodoh, kembali bergejolak di hati Erisa. Sebuah janji yang seharusnya tidak pernah Keyrine ucapkan. Erisa tahu Keyrine hanya ingin melihatnya bahagia, tapi ia juga lelah dengan harapan semu yang seringkali berujung kekecewaan. Sejak pertemuan canggung dengan Bu Ida dan anaknya, Ramelo, beberapa bulan yang lalu, Erisa sudah pasrah. Ramelo hanya menatapnya dengan tatapan iba. Erisa tahu, di balik senyum Ramelo ada rasa kasihan yang begitu besar.

Keyrine melangkah keluar, membawa dua cangkir teh hangat. "Kakak, ada yang mau datang sebentar lagi," ucapnya, suaranya terdengar ragu.

Erisa menoleh, matanya yang teduh menatap Keyrine. "Siapa? Ramelo?" tanya Erisa, suaranya pelan dan bergetar.

Keyrine mengangguk, menunduk, tidak berani menatap mata kakaknya. "Bu Ida meneleponku. Katanya Ramelo ingin bertemu lagi dengan Kakak. Mereka mau mengenal Kakak lebih dekat," jawabnya.

Air mata menetes di pipi Erisa. Bukan air mata bahagia, tapi air mata perih, "Kenapa, Key? Kenapa kamu biarkan ini terjadi lagi? Kamu sudah janji tidak akan mengenalkanku pada siapapun lagi. Kenapa?"

Keyrine mendekat, menggenggam tangan Erisa, "Kakak, Ramelo berbeda. Dia tidak seperti yang lain. Dia benar-benar ingin mengenalmu. Kumohon, beri dia kesempatan."

Erisa menggeleng kuat-kuat, melepaskan genggaman tangan Keyrine, "Tidak, Key. Cukup! Aku lelah dengan kesempatan yang hanya memberiku luka. Aku lelah dengan tatapan iba. Aku lelah berpura-pura baik-baik saja hanya agar kamu senang," isak Erisa. Ia menunjuk alat bantu dengarnya, "Ini! Alat ini tidak membuatku bisa mendengar suara cinta. Ini hanya membuatku bisa mendengar janji-janji palsu dari orang-orang sepertimu!"

Keyrine terdiam, air mata ikut mengalir di pipinya, "Kak, maaf. Maafkan aku."

 

Tok! Tok! Tok!

 

 

Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar. Keyrine melirik ke arah pintu, lalu kembali menatap Erisa yang terisak, "Kak, mereka sudah datang."

Erisa menarik napas dalam, mengusap air matanya dengan kasar. Ia menatap Keyrine dengan tatapan penuh luka, "Kamu menghancurkan aku, Keyrine. Kamu menghancurkan aku dengan harapan semu."

Keyrine hanya bisa menunduk, tidak bisa berkata-kata lagi. Ia tahu, ia telah menyakiti Erisa. Ia telah mengingkari janjinya. Ia telah menghancurkan kepercayaan kakaknya, demi sebuah harapan yang belum tentu menjadi kenyataan.

Erisa berdiri, melepaskan alat bantu dengarnya dengan kasar, lalu melemparkannya ke atas meja. "Biarkan mereka datang. Biarkan mereka melihatku. Biarkan mereka mendengar suara hati yang bisu ini," ucapnya lirih, sebelum melangkah masuk ke dalam rumah. Keyrine hanya bisa menatap punggung Erisa yang menghilang, hatinya hancur berkeping-keping oleh rasa bersalah.

 

 

Tok! Tok! Tok!

 

 

Ketukan di pintu terdengar lagi, kali ini lebih tegas. Keyrine mengusap air matanya dan menarik napas dalam-dalam, "Sebentar!"

Lihat selengkapnya