Cinta Halal Arina

Amanda Chrysilla
Chapter #5

Lima: Shalita

Setelah tinggal di Medan selama dua minggu penuh, aku akhirnya memutuskan untuk menghubungi salah seorang teman dekat perempuanku semasa kuliah, namanya Shalita. Benar sekali, dia sudah menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana kesejahteraan sosial. Saat ini dia sedang bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai admin. Jurusan kami sebenarnya tidak dirancang untuk pekerjaan sebagai admin, tetapi namanya hidup di negara kita, sering kali pekerjaan yang dijalani tidak selaras dengan jurusan kuliah. Bagiku hal seperti itu tak jadi masalah, yang penting tetap bisa menghasilkan uang halal untuk melanjutkan hidup.

Aku dan Shalita sepakat bertemu di mall, kami akan melihat-lihat terlebih dulu tempat makan yang ingin kami datangi setibanya di sana, kebetulan aku sengaja mengajaknya bertemu di jam makan siang. Ketika aku sampai di depan pintu masuk mall bagian selatan, tampak Shalita melambaikan tangannya dari jauh.

“Arin, sini!” teriak Shalita. Aku pun bergegas menghampirinya sebelum dia membuat kehebohan dan menjadi perhatian orang-orang di sekitar. Shalita itu badannya saja yang kecil tetapi suaranya luar biasa keras.

“Udah lama nunggu ya?” tanyaku setelah berdiri di hadapan Shalita.

“Lumayan, hampir 15 menit. Kebiasaan kamu dari dulu emang nggak berubah, hobi banget telat padahal dia yang bikin janji.”

Aku menggaruk belakang leher yang sebenarnya tidak gatal. “Sori, kamu tau sendiri aku ke sini naik angkutan umum, kejebak macet deh.”

“Alasan aja, udah tau bakalan kena macet, tetep kan kamu siap-siapnya lama? Ya udah, yuk, masuk!”

Shalita menarik tangan kananku dan menggiringku menuju ke dalam mall, hawa sejuk AC langsung menerpa wajah kami. “Kamu mau makan apa rencananya?” tanya Shalita.

“Belum tau. Makanya aku bilang ke kamu kita liat dulu apa aja yang ada di mall,” jawabku skeptis.

“Yeee, kamu ini! Kita datang ke mall gede kayak gini, apa pun ada di sini. Kamu tinggal pilih mau makan apa.”

“Kamu yang traktir?”

“Mentang-mentang aku udah kerja nih, ya. Oke deh, nggak pa-pa. Sekali-sekali juga kan kita ketemu. Aku yang traktir, tapi nggak boleh makanan mahal!”

“Makan Sushi di Sushi Tell?

“Itu mahal! Dasar!”

Aku tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perut karena melihat perubahan ekspresi wajah Shalita yang mendadak masam. “Bercanda! Kalo gitu aku ikut rekomendasi kamu aja mumpung kamu yang traktir.”

Lihat selengkapnya