Setelah memutuskan hijrah dan mulai berpakaian sesuai syariat, aku mulai membiasakan diri mendatangi ceramah-ceramah yang diadakan di beberapa masjid sekitar lingkungan tempat tinggalku. Ada masjid yang terbiasa mengadakan ceramah setelah salat magrib atau salat isya, ada pula yang mengadakan sehabis salat subuh. Pilihan harinya bervariasi, bisa di hari kerja (Senin sampai Jumat) dan bisa juga di akhir pekan (Sabtu dan Minggu).
Tak semua jadwal ceramah tersebut kuikuti. Biasanya, aku juga menyelinginya dengan mendengarkan ceramah-ceramah via daring. Banyak sekali video ceramah bagus yang bisa aku temukan di dunia maya. Akses informasi tentang Islam di zaman sekarang sudah berlimpah ruah dan dapat ditemukan di mana saja.
Perbedaannya terletak pada suasana. Pada saat mendengarkan ceramah di masjid, aku bisa merasakan suasana damai dan tenang di rumah Allah. Ah, masjid selalu menjadi tempat yang kurindukan. Ada perasaan tak tergambarkan ketika menginjakkan kaki di lantai bagian dalam masjid. Perasaan seperti ini, “Ya, memang di sinilah tempatku seharusnya berada.” Bagaimanapun, aku bakal menyempatkan waktu untuk mendengarkan ceramah para ustaz secara langsung di masjid.
Kalau mendengarkan ceramah secara daring, aku bisa memilih penceramah yang kusukai, misalnya ustaz dan ustazah dari luar negeri. Aku mendengarkan ceramah mereka sambil membaca teks terjemahan pada videonya, kemampuan bahasa Inggrisku memang masih di level rata-rata, belum terlalu fasih hingga dapat mendengar tanpa membaca teks terjemahan.
Topik yang kusukai adalah tentang cinta kepada Allah. Selama ini, apakah kita benar-benar mencintai Allah melebihi makhluk ciptaan-Nya atau diri sendiri? Berapa banyak orang di luar sana yang lebih mencintai pasangannya daripada Allah? Berapa banyak orang di luar sana yang terlalu memercayai kemampuan diri sendiri lalu lupa meminta kepada Sang Pencipta? Jawabannya jelas: banyak sekali hingga tak terhitung lagi jumlah mereka.
Sering kali kita, sebagai manusia, malah menjadikan Allah sebagai sarana demi mewujudkan mimpi-mimpi. Ketika kita menginginkan sesuatu, kita berdoa begitu kencang kepada Allah agar Dia dapat mengabulkan doa-doa kita. Pada saat kita mendapatkan apa yang telah didoakan itu, kita kembali melupakan Allah dan meninggalkan Allah, menganggap Allah tak ada dalam hidup kita dan berhenti melibatkan-Nya.
Padahal, cinta abadi berasal dari sesuatu yang abadi pula. Jangan takut dengan cinta yang tak terbalas jika urusannya itu sudah menyangkut Allah Swt. Dia pasti membalas cinta kita, tak sama seperti cinta kepada manusia yang bisa saja berbalas dan bisa saja tak berbalas.
Suatu malam, aku menelepon Ibu.
“Halo, Nak,” sapa Ibu di seberang.