Hari ini, Benjiro merasa harus keluar dari rumah. Tidak tahan ia mendengar ceramah ibunya. Setiap melihat wajahnya, ibu pasti selalu bertanya, siapa yang dipilihnya? Lalu, ibu akan melanjutkan dengan nada tegas, ia harus memilih satu dari lima orang wanita, jika tidak ia akan menjadi bujangan seumur hidup. Kadang, ia takut saat mendengar apa yang diucapkan ibu, ia takut itu akan menjadi kenyataan. Namun, ia tidak mungkin bisa memilih wanita hanya dari photo dan profil mereka yang diberikan oleh Omiai Agency. Ibu yang mencemaskan jodohnya melakukan apa saja agar ia menikah secepatnya, termasuk mencarikan jodoh untuknya melalui agen pencari jodoh.
Tidak ingin mendapat pertanyaan ke mana ia akan pergi, Benjiro meninggalkan rumah tiga tingkat milik keluarganya, ketika ibu berjibaku di dapur dan Ayah sibuk dengan tanaman anggrek di lantai paling atas. Setelah berada di dalam mobil, ia menghidupkan kendaran dan berharap suara mesin tidak terdengar olah orang tuanya. Merasa keadaan aman, ia pun membawa mobil pribadinya keluar garasi, lalu melaju cepat melintasi pemukaman warga menuju distrik Odori.
Kehangatan musim panas yang menyelimuti kota Sapporo, mengiringi langkahnya menelusuri jejeran toserba dan gedung mode. Ia tidak belanja apa pun, tetapi ia menikmati saat memperhatikan warga kotanya membeli bermacam-macam barang.
Setelah puas cuci mata, ia memilih menyegarkan pandangan di taman. Festival bir yang sedang berlangsung diramaikan oleh para pengunjung, hanya saja ia tidak tertarik untuk bergabung bersama mereka. Ia lebih memilih duduk dan menghabiskan burger daging beserta minuman bersoda. Gigitan terakhir burger hampir tersembur, ketika matanya menangkap satu sosok wanita. Ia segera menutup mulut dan menelan cepat sisa makanannya. Tubuhnya bergerak bangkit, lalu melesat menuju wanita bertudung merah.
“Ila!”
Panggilan Benjiro membuat beberapa orang menoleh padanya. Ia tidak perduli dengan tatapan heran mereka, kakinya berlari mengejar wanita yang memiliki sosok Manzila. Keramaian orang mengganggu langkahnya, ia mulai kehilangan sosok wanita yang dicintainya dan itu membuatnya gusar.
Dikerahkannya seluruh kekuatan pada kedua kaki, tubuhnya semakin cepat bergerak di antara kerumunan, hampir saja ia menabrak gerombolan gadis-gadis remaja yang berjalan berlawanan arah dengannya. Saat tubuhnya hampir menabrak sebuah gerobak makanan, ia berhasil menghindar, tetapi kakinya menghantam bangku semen yang dilompatinya. Tubuhnya jatuh terhempas diantara rerumputan. Ia segera bangkit, tanpa mengindahkan rasa sakit di pergelangan kaki, sementara matanya mencari Manzila.
Sosok yang dicarinya berjalan cepat melewati batas taman. Kakinya langsung kembali bergerak mengejar wanita itu yang berada di tempat pemberhentian bus. Saat sebuah bus berhenti, ia hampir sampai di belakang Manzila yang melangkah naik. Takut akan kehilangan wanita itu, tangannya melambai, sembari berteriak meminta supir untuk menunggunya. Tetapi, lelaki tua yang berada di belakang kemudi itu tidak melihatnya. Untunglah, ia berada tepat di depan pintu saat pintu hampir tertutup sempurna. Supir berbaik hati membukakan pintu dan menunggunya sampai masuk.