Cinta Ini Rasa Itu

SURIYANA
Chapter #4

Rasa Rahasia (Bagian 2)

“Mereka putus kenapa ya, Key? Lo belum cerita.”

Pertanyaan Melissa tentang hubungan Alex dan Ratu itu tidak mengalihkan konsentrasi Keyko dari ponsel. “Pas lulus, Alex, kan, jadi asisten dosen. Nggak boleh pacaran sama mahasiswa, dong. Akhirnya, Si Anoreksia nikah sama orang lain. Dengar-dengar, hamil duluan!” jawabnya tanpa memandang temannya itu.

“Terus, habis itu Alex pernah pacaran lagi?”

“Kayaknya dekat doang. Nggak pacaran. Tapi, nggak tahu juga, sih. Nggak sempat dikenalin.”

“Oh, ya? Kok? Bukannya lo sahabatnya, ya? Masa nggak dikasih tahu apa-apa?” tanya Melissa lagi.

Keyko mengedikkan bahu. Telepon genggam masih menjadi pusat perhatiannya. Maklum, ada sesuatu yang harus ia cari secepatnya. Saking seriusnya, kentang goreng yang tadi Keyko pesan, masih utuh tergeletak di atas meja kantin.

Hadeh, ditanya bukannya jawab?”

Barulah Keyko mengangkat kepalanya. “Sori, aku lagi nyari hadiah buat Alex. Bagusnya kasih apa, ya, Mel?”

“Memangnya dia ulang tahun?”

“Ih, bukan. Itu, lho... mau aku kasih pas confess.”

“Jadi?” tanya Melissa dengan nada memastikan.

Keyko mengangguk. “Hari Minggu, Mel. Sumpah, deg-degan banget, nih.”

“Kalau ditolak, gimana?”

Keyko terdiam mendengar pertanyaan Melissa. Ia tahu risiko itu pasti ada. Dalam berbagai kesempatan, berulang kali ia memikirkannya.

“Bakal tetap seperti biasa? Tetap bisa temenan atau malah awkward? Bingung, kan? Makanya gue, sih, paling anti jadian sama sahabat sendiri,” lanjut Melissa.

Keyko menyibukkan diri dengan menggeser-geser jemarinya di layar telepon genggam. Lebih baik fokus mencari hadiah untuk Alex. Ia tidak ingin mengarang skenario terburuk dalam rencananya di hari Minggu nanti. Yang ia siapkan hanya satu: mengakui rasa sayangnya kepada Alex dan mendengar jawaban bahwa laki-laki itu juga ternyata selama ini memendam perasaan yang sama dengannya.

Keyko bukannya mengada-ada apabila bersikap seoptimis itu. Tutur kata yang lembut terhadapnya, sikap melindungi, sampai pelukan yang ia terima jika bertemu. Apalagi namanya kalau Alex tidak menyayanginya? Satu lagi yang tidak akan pernah ia lupakan adalah ketika laki-laki itu menyatakannya sebagai seseorang yang spesial. Bagi Keyko, itu cukup membuktikan bahwa Alex juga punya perasaan lebih kepadanya.

“Terus, kebayang nggak, sih, Key? Kalaupun jadian, terus habis itu kalian bertengkar, lalu putus. Yang tadinya sahabat langsung jadi musuh!” tambah Melissa.

Udah, dong, Mel. Begitu Keyko membatin. Sekuat tenaga ia menulikan telinga dan mengatup mulutnya.

“Wah, wah, wah... ternyata pada di sini?”

Keyko mendongak. “Bu Olivia,” sapanya setengah bersyukur. Kedatangan dosennya berarti membungkam kicauan Melissa.

“Keyko.... Kok, saya belum membaca ada pengajuan judul skripsi dari kamu, ya?”

Keyko mesam-mesem ditodong seperti itu. “Iya, Bu. Lagi melengkapi data-datanya.”

“Jangan lama-lama. Tidak mau jadi mahasiswa abadi, kan? Kamu juga, Melissa. Katanya mau konsultasi –

“Iya, iya, Bu,” jawab Melissa memotong kalimat dosen mereka itu. “Nanti saya ke sana.”

“Konsultasi? Bukannya skripsi kamu udah beres?” tanya Keyko sebaik sang dosen berlalu.

Lihat selengkapnya