Cinta Ini Rasa Itu

SURIYANA
Chapter #9

Perantara Asmara (Bagian 1)

MISSCALLED dari kamu semua ini,” kata Johan curiga.

Dari awal bertemu gadis itu, Johan menyimpan telepon genggam karena ingin menikmati detik-detik kebersamaan mereka tanpa diganggu oleh siapapun. Tapi, ketika tadi Rana menerima telepon, Johan ikut tergoda mengecek ponselnya. Ternyata, ada banyak panggilan tidak terjawab dan pesan yang masuk. Sontak, ia periksa.

Aku udah di Starbucks GI. Kamu di mana?

Itu pesan dari Rana. Tidak hanya satu tapi beberapa. Ada juga dari Riky. Semua pesannya sama: menanyakan kenapa dirinya tidak muncul di tempat yang dijanjikan?

“Siapa Anda?” tanya Johan kepada wanita yang berdiri di hadapannya itu.

Perlakuannya kepada wanita itu berubah kaku.

“Maaf.”

Johan menatap perempuan itu jijik, “Anda siapa?”

“Saya Olivia. Saya bisa jelaskan. Tadi di kereta, mantel perempuan yang satu kereta dengan saya tertinggal. Saya mengejarnya untuk mengembalikan. Tapi, tidak kelihatan dan malah bertemu kamu.”

“Dan sepanjang tadi, tidak pernah sekalipun Anda berusaha jujur ke saya?”

Gadis itu tertunduk.

“Anda benar fashion stylist?”

“Bukan. Dosen.”

“Hm, umur 25 tahun sudah jadi dosen?”

“Tiga puluh dua.”

Johan menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban Si Penipu. Padahal, ia sudah senang bukan kepalang tadi. Membayangkan duda menjelang 40 tahun seperti dirinya mampu memikat gadis yang jauh lebih muda. Ternyata, angan-angan itu buyar seketika.

“Cuma itu saja. Yang lain, saya tidak bohong.”

“Mencuri makanan demi bisa makan itu namanya menyelamatkan nyawa. Tapi, mencuri pasangan kencan orang lain? Anda ini sakit jiwa, ya? Mendapat kesenangan dari kejadian ini?”

“Maaf. Dari tadi saya selalu ingin bilang kalau kamu salah orang. Tapi, cerita kamu menarik semua. Tentang pengambilan gambar. Keliling Indonesia. Film –

“Sakit!” dengus Johan. Ia berdiri dan berlalu dari Lantai 2 Pasar Santa.

“Eh, tunggu!” panggil si Rana Palsu.

Johan yang sudah mendekati tangga menghentikan langkahnya. Ia berbalik bersiap-siap menumpahkan amarahnya jika perempuan itu bertingkah yang aneh-aneh terhadapnya.

“Mau apa lagi?” tanyanya ketus.

“Tolong kembalikan mantel ini ke Rana.”

***

Dua tahun lalu alias sekitar tiga tahun setelah Johan bercerai dari istrinya.

“Bro, besok ikut gue ya ke konser Super Junior.” Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba Riky, teman kerja dari Divisi Marketing mendatangi ruangannya.

Johan mendelik. “Salah orang, ya? Buat apa saya menonton anak-anak kecil bernyanyi ‘Kau bidadari jatuh dari surga.... Eeeaaa’,” tolaknya.

“Yang lo maksud Coboy Junior, Bro. Tapi, fakta bahwa lo hapal lirik lagu mereka, gue jadi ngeri.”

Johan tertawa. “Dulu, ada brand yang mau mereka jadi bintang iklannya. Jadi, saya cari tahu. Super Junior siapa?”

“Grup Korea, Bro. Tapi, itu nggak penting. Yang lebih penting itu adalah....”

Johan tahu kalau Riky menghentikan kalimatnya agar ia bertanya-tanya.

Tapi, ia tidak terpancing. Ia tidak pedulikan saja rekan kerjanya itu.

Lah, percuma. Lo nggak bisa diajak bercanda. Oke, Bro. Lo menang. Hadiahnya, lo besok ikut gue, ya!”

Lihat selengkapnya