Cinta Ini Rasa Itu

SURIYANA
Chapter #15

Rumah Asa (Bagian 1)

KOMPUTER di meja belajarnya terbentang lebar. Melissa mengetikkan kalimat dalam Bahasa Jerman. Akan tetapi, berulang kali ia menghapus kata-kata itu.

“Hadeeeh,” keluh Melissa. Otaknya buntu. Padahal aplikasi beasiswa ke Jerman itu harus segera ia kirim sesegera mungkin. Tapi, ia masih berkutat menulis esai mengenai motivasinya mengikuti program itu.

Tiba-tiba, perutnya mengerang. Baru Melissa ingat kalau sedari siang tadi ia belum makan. Jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Tidak mungkin ia keluar kos demi membeli makanan.

Lalu, pandangannya terpaku pada sebuah bungkusan di pinggiran meja belajarnya. Itu yang dibawa oleh abangnya tadi, Bang Willy. Sontak, Melissa membuka plastiknya. Kalau isinya makanan, berarti perutnya terselamatkan.

Bungkusan telah terbuka. Akan tetapi, jantungnya melorot ke perut seolah-olah sedang bungee jumping ketika melihat isinya. Seloyang bolu karamel.

***

Dua tahun yang lalu di Goethe Institute.

“Pemutaran film tentang Walter Gropius akan segera dimulai. Silakan Bapak Ibu sekalian ke teater.”

Berbondong-bondong pengunjung mengikuti arahan petugas. Lain halnya dengan Melissa. Gadis itu masih sibuk mencomot penganan kecil yang disajikan dalam acara yang diselenggarakan Kedutaan Jerman itu.

“Wah, wah. Masih tukang makan rupanya kamu.”

Melissa terkesiap. “Om Frans?”

“Kok kamu ada di sini?”

“Mel kuliahnya ambil Sastra Jerman, Om. Karena ada acara, datang ke sini, deh.”

“Jadi, kamu kuliah?”

Melissa mengangguk. Ia memaklumi pertanyaan itu karena Mama dan Om Frans berpisah ketika ia baru lulus SMA dan ia sendiri belum mendaftar ke universitas.

“Bodoh sekali, sih, Mama kamu. Kok, mau-maunya menyekolahkan anak angkat?”

“Eh, apa Om?”

“Anak orang yang tidak jelas asal-usulnya malah disekolahin tinggi-tinggi. Tapi, anak kandungnya sendiri, Sindi dan Sierra malah tidak dibolehkan masuk sekolah swasta. Alasannya, tidak ada biaya. Nah, kok anak nggak jelas kayak kamu malah dibiayain kuliah?”

Camilan yang menempel di tangan Melissa terjatuh. Betapa kaget dengan pernyataan ayah tirinya itu, Melissa hanya terdiam mematung.

“Melissa?”

Ia menoleh ke sebentuk suara yang memanggil namanya. Ibu Olivia.

“Ehm, Bu Dosen sudah di sini,” sambut Melissa. “Kalau begitu, saya udah bisa pulang. Pamit, ya, Bu,” katanya cepat-cepat berlalu.

***

Hampir enam bulan setelah rahasia hidup Melissa sebagai anak angkat terbongkar, ia datang ke sebuah rumah sakit.

“Rif, gue udah sampai,” ujar Melissa lewat telepon genggamnya.

Tidak lama kemudian, seorang laki-laki berkacamata dan berjas putih setengah berlari menghampirinya.

Lihat selengkapnya