“Ikut masuklah, Bro.”
Kata-kata itu samar-samar menusuk telinganya. Alunan suara itu dia hapal betul. Suara Berat. Yaya. Cepat-cepat dia merangkak. Tapi, awas. Di depan sana, ada kesayangan si Kepala Silau alias Eyang. Waktu itu, dia pernah berantam dengannya. Dia pukul sampai kesayangan Kepala Silau itu terjatuh. Kepala Silau tidak bahagia. Kepala Silau keluarkan suara-suara cepat yang membuat dia tidak bahagia.
Untunglah, kemampuan merangkaknya sudah tinggi. Dia bisa menghindari kesayangan Kepala Silau. Kakinya tadi memerintahkannya untuk berdiri. Tapi, dia perlu cepat-cepat. Sedangkan untuk berdiri ia masih memerlukan bantuan pegangan dari Ibu.
Kemudian, ada deritan gerutu dari pintu. Bunyinya seperti monster yang selalu menarik perhatian Ibu.
“Lho, kok, Mario sudah sampai di depan sini? Ada tamu, ya? Siapa, sih?” Ibu mengangkatnya lalu membuka pintu. Tapi, pintu itu tidak dibentangkan sepenuhnya.
“Yayaaa....”
“Mario.”
Dia mengangkat tangan dan membuka tutup jemarinya. Ibu pun membentangkan pintu. Kemudian, dia didekapkan ke leher Suara Berat. Wangi. Dia ingat harum ini.
“Kok, botak, Bro?”
Dia berusaha menjelaskan. Tapi, kalimat yang keluar hanya, “Ang... at... po... but... nyak.”
Suara Berat tertawa. “Ngomong apa, sih, Bro?”
Dia ulangi lagi. Eyang potong semua rambutnya. Lalu, setiap saat diminyakin supaya tidak merah lagi. Tapi, tampaknya Ayah tidak juga mengerti. Dia menyerah. Dia endus-endus saja wangi leher Suara Berat itu.
“Ngapain ke sini?”
“Boleh masuk, nggak?”
“Nggak boleh. Keluargaku sedang nggak di rumah. Kalau terjadi apa-apa, gimana? Aku takut kamu nekat mengambil Mario.”
“Ratu, aku ajak Johan, kok.”
“Iya, biar saya timpuk kalau dia macam-macam.”
Dia baru menyadari ada orang baru di sana. Sejenis dengan Suara Berat. Tapi, di bawah bibirnya mirip dengan wajah binatang yang ditunjukkan oleh Kepala Silau. Binatang yang dihadiahkan karena dia berani digunting rambutnya.
Dulu, dia sempat mendengar kalau nama hewan itu adalah kambing.
Suara Berat duduk di sofa. Dia ikut menempel terus.
“Kok ada asbak, Tu?”
Tangannya melingkari leher Ayah. Yang ditunjuk Suara Berat adalah kesayangan Kepala Silau yang lain.