“HEI, akhirnya kamu bisa di-skype juga,” sapa Keyko kepada sosok di layar teleponnya.
“Ya, kira-kira, dong, Key. Jangan pagi-pagi skype-nya karena aku masih tidur.”
Meneliti penampilan Alex yang awut-awutan, Keyko senyum-senyum sendiri. Ia sudah hapal ada perbedaan waktu lima jam antara Jakarta dan Stuttgart. Tapi, tetap saja ia sering jahil menghubungi laki-laki itu dalam keadaan tidak terduga. Kalau menelepon malam-malam, apakah Alex sibuk belajar atau berpesta? Ketika dini hari, apakah ada sosok lain yang berada di apartemen laki-laki itu? Selama setahun ini, jawaban dari pertanyaannya itu masih memuaskan Keyko.
“Kamu gimana sidangnya?”
“Ini sudah di kampus. Masih setengah jam lagi. Jadwalku jam sebelas.”