Untuk inspirasi terbesarku kala menulis ini, Kim Seokjin. Lagumu telah mengubah ruang gelap menjadi indah. Aku mencintaimu.
**
Everland Office-2021
"Greya, semoga lo suka ya meja kerja yang sekarang. Gilaaaa ... udah naik jabatan jadi kepala marketing nih!"
Franda yang menuturkan kalimat godaan itu membuat Greya tersenyum malu, tepat di usianya yang ke 25 tahun ia naik jabatan di kantor tempatnya bekerja selama dua tahun ke belakang. Otomatis, meja kerja yang semula di duduki Mbak Mita __sang kepala marketing__ kini sudah berpindah tangan kepadanya.
"Makasih Fran, lo emang temen terbaik gue!" Greya membalas kalimat Franda sambil mengulas senyum termanisnya.
Greya tersenyum puas menatap meja kerja yang rapi dan dihiasi banyak sekali bunga-bunga. Ada banyak juga foto-foto Greya bersama teman-teman kerja terpajang di sana.
Bahagia? Tentu saja! Siapa manusia di dunia ini yang tidak bahagia saat pekerjaannya dihargai? Well, Greya tidak menunggu terlalu lama untuk naik jabatan. Para atasannya itu menyukai kinerja Greya! Itulah alasan Greya langsung naik jabatan, meskipun pro kontra tetaplah ada. Greya tidak terlalu peduli, baginya itu hanya sekadar privilage.
"Oh Tuhan, terimakasih Mbak Mita yang sudah jadi kepala cabang dan mempromosikanku. Semoga pekerjaanku jadi lebih amanah!" Greya meremas kedua tangannya saling bertautan.
Pekerjaannya yang sibuk pun dimulai.
Greya menginput banyak sekali data penjualan. Perusahaan tempatnya bekerja merupakan salah satu reseller barang-barang branded yang dijual secara online. Karena itu, Greya sibuk sekali menginput data dari bawahannya. Hari pertama naik jabatan tentu saja menambah beban pekerjaan, bukan begitu?
Greya memutar kursi kerjanya, ia mencondongkan badan hendak meminta bantuan.
"Roy, lo bisa e-mail gue penjualan kemarin gak?" Greya meminta pada rekan di sebelahnya.
"Oke, siap." jawab Roy sambil mengacungkan jempol.
Greya kembali ke meja kerjanya dan menandatangani banyak sekali laporan. Akan tetapi, salah satu laporan tersebut tercoret. Oh shit, bagaimana bisa ia begitu ceroboh!
"Oops, maaf. Gue bakal kasih tip-ex dulu." Greya meraih laci nakas ketika salah satu karyawan menunggu tandatangannya.
Laci nakas itu dibukanya perlahan. Ia merogoh dan meraba, mencari tip-ex tersebut di dalamnya. Namun, pencariannya tiba-tiba tertunda karena menyentuh sesuatu. Ia pun menatap ke dalam isi laci, nampak sebuah buku novel dengan sampul polos disana. Ia tertegun sejenak. Akan tetapi, ia memutuskan kembali meneruskan pekerjaannya.
Saat waktu senggang, Greya yang penasaran kembali membuka laci nakas. Diraihnya buku tersebut dan diperhatikannya seksama. Sama sekali kurang menarik dari segi cover mau pun font penulisannya. Bagaimana bisa penerbit membuat buku seperti ini? Atau ini sengaja sebagai teknik marketing?
"Cinta Jala Sutra. Judul novelnya? Siapa pengarangnya?" Greya menautkan kedua alisnya bingung.
Greya membuka halaman novel tebal itu dengan cepat. Sepertinya ini milik Mbak Mita, ia akan segera menanyakan kepastian itu supaya bisa membacanya.
Perlahan Greya meraih gagang telefon. Ia menempelkan gagang telefon tersebut dan menunggu jawaban dari Mbak Mita. Tak lama kemudian saluran telefonnya terhubung.
"Halo, Mita Andriani di sini. Ada yang bisa saya bantu?"
"Halo Mbak, ini Greya. Maaf mengganggu. Di laci kerja Mbak dulu, apa Mbak tak sengaja meninggalkan sebuah buku novel?" tanya Greya.
"Duh, gue lupa sih. Tapi perasaan gak ada deh, Grey. Mungkin milik karyawan lain? Gue gak suka baca novel, kira-kira milik siapa ya?" tanya Mbak Mita dari seberang.
"Oh gitu ya, tadinya kalau punya Mbak mau saya pinjam. Kebetulan, saya suka banget baca novel."
"Ya udah, bawa aja! Gak ada nama pemiliknya 'kan?"
Greya memandangi sampul buku tersebut. Kosong, bahkan penerbitnya pun tidak ada keterangannya di dalam sampul.