Aku menahan napas dan pergi ke lautan…
Aku menghadapi tangisanku yang indah dan sedih…
Suatu hari dalam kegelapan…
Aku ingin pergi mencari dan berbicara…
Aku ingin mengenalmu lebih banyak hari ini…
(Abyss-Kim Seokjin)
**
"Ini?!"
Sosok tersebut tidak asing. Rasanya, baru tadi sore Archy menunjukan poster BTS pada Greya. Sosok pria yang orangtuanya katakan itu, mirip sekali dengan Seokjin BTS!
"Ini jin?!" Greya menatap kedua orangtuanya seksama.
"Hush! Manusia ganteng begini kamu katai jin. Namanya Elvano, ganteng 'kan?" tanya Ibu.
Oh iya ini tahun 2009, BTS belum debut dan RM masih pakai nama panggung Runch Randa. Greya hanya bisa menutup mulut dengan perasaan tak percaya. Bagaimana bisa ada sosok yang ia sukai itu secara nyata dan dijodohkan dengannya? Pasti ini mimpi! Ya, mimpi indah! Greya berharap jika itu hanya mimpi, maka ia ingin mimpi tersebut tak berakhir.
Terlebih lagi, di dalam dunia paralel yang tercipta ini Greya bisa melihat sosok Ayahnya sehat walafiat dan juga tengah tersenyum. Seolah-olah jika ini merupakan kesempatan kedua, Greya diberi misi untuk membahagiakan Ayahnya.
"Greya, Ayahanda Elvano memang ingin menikahkan kalian sejak dulu. Ya, sekarang kalian sudah sama-sama dewasa. Ayah juga punya hutang budi pada keluarga Elvano. Kalian pasti bisa saling menyayangi. Ayah yakin!"
Greya tidak ingin membuat Ayahnya kecewa lagi. Karena itu, kali ini di dunia yang berbeda ia tidak ingin melihat Ayahnya pergi meninggalkan dunia tanpa sempat Greya menunaikan amanah dan membahagiakannya. Ia kemudian menganggukan kepala, mencoba menyunggingkan senyum.
"Baik Ayah, untukmu akan kulakukan apapun permintaanmu." Greya menggenggam tangan Ayah.
Ibu tersenyum sambil memandang Ayah. Mereka menyiratkan raut wajah yang amat gembira. Greya bergegas memeluk Ibu dan Ayahnya dengan erat. Sungguh mulia bagi seorang anak jika bisa membahagiakan kedua orangtuanya walau harus mengorbankan diri.
"Greya, sarapan dulu ya. Nanti siang, di kafe jl.Braga Elvano akan bertemu denganmu. Greya dandan yang cantik ya?"
Greya hanya bisa mengangguk. Jika ini merupakan tahun 2009, maka akan banyak sekali kenangan yang mungkin bisa ia telusuri kembali. Apakah ia akan menjalani kehidupan yang lebih membahagiakan dibandingkan dengan sebelumnya?
**
Greya menaiki bus Damri. Rasanya seperti nostalgia jaman ia SMA karena harga ongkosnya masih 2500 rupiah untuk ukuran bus AC. Greya memandangi jalanan kota Bandung di masa lampau yang belum berubah, dan memang ada beberapa yang masih dalam tahap pembangunan.
Greya menghela napas, bagaimana mungkin ia kembali ke tahun 2009? Kenapa dari sekian banyak tahun, ia bisa kembali ke sana? Greya tertegun menatap ke arah luar jendela bus, mencoba meresapi apa yang terjadi padanya. Saking seriusnya ia tidak sadar sudah tiba di tujuan.
"Braga … braga!" teriak Kondektur memberitahu lokasi.