Memandang wajahmu cerah…
Membuatku tersenyum senang…
Indah dunia…
Tentu saja kita pernah…
Mengalami perbedaan…
Kita lalui…
Tapi aku merasa…
Jatuh terlalu dalam cintamu…
Ku tak akan berubah…
Ku tak ingin kau pergi…
Selamanya…
Ku kan setia menjagamu…
Bersama dirimu, dirimu, oh…
Sampai nanti akan selalu…
Bersama dirimu…
(Vierra-Bersamamu/ 2009)
**
Greya menatap surat tersebut seksama. Di sana tertera bahwa pernikahan mereka kontrak selama dua tahun saja dan berhak memutuskan pernikahan jika dua tahun itu tidak sanggup meneruskan. Greya menerima bolpoin yang di sodorkan Elvano kepadanya sambil mengulum bibirnya pelan.
"Greya, selama menikah denganku. Kita harus berjanji untuk tidak dekat dengan lawan jenis mana pun demi menjaga nama baik keluarga. Saya akan melindungi kamu dan menafkahi kamu secara lahir batin, kecuali nafkah batin. Saya tidak akan-"
"Saya mengerti El! Jangan dibahas lagi, tidak mengapa!" sahut Greya memotong pembicaraan Elvano.
Elvano hanya tertawa kecil, menunjukan deretan giginya yang rapi. Entah mengapa Greya sedikit gamang saat dijodohkan dengan pria bernama Elvano ini. Seandainya tidak dijodohkan, belum tentu lelaki ini mau bersamanya! Ia tampan, menarik, dan memiliki attitude yang cukup baik. Wanita mana yang tidak akan menolaknya?
Tapi Greya hanya terkesima karena ketampanan. Selebihnya, hati Greya entah berada di mana. Baginya cinta hanya angan-angan semu semata, apalagi untuk sebuah pernikahan. Greya tidak bisa percaya.
Haruskah ia percaya bahwa misi di 2009 ini adalah pernikahan yang membahagiakan bagi dirinya, sesuai dengan harapan sang Ayah? Atau hanya sekadar hiburan bagi hatinya yang sudah mati akan kehangatan cinta?
"Greya, ini sudah jam makan siang. Kita pesan makanan ya? Akan kuantar kamu pulang. Tidak apa-apa naik motor?" tutur Elvano memecahkan keheningan.
Greya tertegun kemudian menganggukkan kepalanya sambil berusaha menyunggingkan senyumnya.