Rayyan sedang berada di dalam kantornya. Dia baru saja menerima telepon dari putrinya, Vira. Vira merengek padanya agar dijemput sore ini dari rumah mantan istrinya. Hak asuh memang jatuh pada sang ibu. Namun, Vira memutuskan untuk tinggal bersama dirinya saja.
Tanpa diketahui oleh siapa pun, kecuali untuk kalangan pejabat atas di kantornya, sudah selama satu tahun ini dirinya bercerai dengan istrinya. Perjuangan yang lumayan berat karena pada saat yang bersamaan, perusahaan kontraktor sampingan yang dia bangun bersama rekan kerjanya mengalami kerugian yang cukup besar. Dia menanggung kerugian bisnisnya dan harus membayar hutang-hutangnya dengan menjual harta bendanya sampai hanya tersisa sebuah rumah dan sebuah mobil.
Sang istri tentu saja tidak bisa menerimanya, melihat harta benda miliknya satu persatu dijual oleh suaminya untuk menutupi kerugian. Dia sangat marah dan sakit hati. Oleh sebab itu dia berselingkuh. Tak lama setelah perselingkuhan itu diketahui oleh Riyadh, tanpa pikir panjang dia langsung menurunkan talak cerai kepada istrinya.
Setelah menerima telepon dari putrinya, suasana hati Riyadh membaik. Dia sangat menyayangi anaknya. Tentu saja dia tidak akan merasa keberatan kalau putrinya memutuskan untuk tinggal bersama dirinya. Tidak aneh, karena mantan istrinya lebih sibuk berkarir daripada mengurusnya.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, manakala dua jam kemudian, setelah jam makan siang, sebuah panggilan telepon mengabarinya tentang kecelakaan yang terjadi pada salah satu orang kepercayaannya.
♥♥♥
Ayana baru saja selesai menyetrika pakaian, sedangkan putra mereka Andi dan Afi sedang asyik bermain mobil-mobilan tak jauh dari dirinya. Telepon pun berdering.
“Ya, assalamu’alaikum,” jawab Ami.
“Maaf, apakah ini rumah keluarga Badru Suwiryo?” tanya suara seorang wanita.
“Benar, saya istrinya. Ada apa, ya, Bu?”
“Kami dari rumah sakit Cipto Mangunkusumo, ingin memberitahukan kalau pak Badru baru saja kecelakaan dan sekarang sedang di rawat di UGD. Dimohon kepada keluarga agar segera datang.”