Cinta Kedua

Ninna Rosmina
Chapter #5

#5. Menikah Lagi atau Tidak

“Lho…, pak Rayyan bukan?” tegur Ayana.

Rayyan yang sedang menunggu diambilkan barang oleh mbak SPG langsung menoleh, “Eh…, ng…,” balasnya sambil berpikir dia pernah bertemu dengan wanita itu di mana, “Aaahh, ibu istrinya Pak Badru, ya?”

Ayana tersenyum, “Iya, Pak, sedang beli keperluan untuk anak bapak?”

“Iya, nih!” jawab Rayyan sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

“Memangnya istrinya tidak sempat ngebeliin?”

“Ng, sudah selama setahun ini saya cerai dengan istri saya,” jawab Rayyan dengan nada biasa saja seolah hal itu tidak berarti apa-apa baginya.

Mendengar itu, Ayana jadi merasa tidak enak, “Maaf, Pak, saya tidak tahu,”

“Tidak apa-apa, kok! Lalu ibu sendiri, apa kabarnya? Maaf, kalau boleh tahu ibu namanya siapa? Maaf, saya tahunya hanya nama suami ibu aja,” tanya Rayyan sambil menerima barang yang baru saja dicariin oleh mbak SPG, “Ada warna lainnya enggak, Mbak? Saya minta selusin, deh!”

Wanita itu menganggukkan kepalanya dan kembali mencari barang yang diminta.

“Ah, nama saya Ayana.” Ayana menyodorkan tangannya.

Rayyan pun membalas uluran tangan itu. Tak lama kemudian datang mbak SPG memberikan barang yang dicari.

“Anu, kabar mbak Ayana sekarang bagaimana? Tinggal sama siapa sekarang?”

“Yaaah, sejauh ini alhamdulillah baik-baik saja, kok! Saya masih tinggal bertiga dengan kedua anak saya.”

“Lho, lalu sekarang mereka juga dibawa?”

“Tidak, saya habis pulang kerja. Saya menyewa pembantu untuk menjaga kedua anak saya.”

“Oya? Apakah tidak apa-apa?”

“Saya juga tidak tahu. Maunya, sih, saya tidak usah kerja aja, tapi nanti biaya hidup sehari-hari dari mana?” jawab Ayana tersenyum tipis.

Rayyan menganggukkan kepalanya. Dia jadi berpikir pada dirinya sendiri. Walaupun putrinya memutuskan untuk tinggal bersamanya, tapi putrinya sudah besar, jadi sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Sedangkan anak keduanya yang masih berumur 2,5 tahun masih diurus sama mamanya, walaupun juga lebih sering ditinggal bekerja. Tapi di rumah mantan istrinya itu ada neneknya. Jadi masih tidak perlu khawatir harus dirawat sama siapa.

“Ng… anu, saya mau bayar dulu. Kalau mbak tidak keberatan, saya bisa mengantar pulang ke rumah.”

“Makasih, Pak, tapi saya bawa kendaraan sendiri.”

“Ah…, kalau begitu, bagaimana kalau kita minum dulu sebentar? Karena dulu saya juga sering pergi minum kopi bersama almarhum suami ibu. Beliau merupakan karyawan yang sangat baik.”

“Makasih, Pak! Tapi tidak apa-apa, kok! Saya harus segera pulang, karena anak saya sudah menunggu. Saya selalu merasa tidak tenang kalau terlalu lama meninggalkan anak. Permisi, Pak!” pamit Ayana tersenyum tipis.

“Ah…,” Rayyan masih belum menyerah, “maaf, boleh tahu nomor telepon mbak Ayana? Mungkin suatu hari saya lewat di depan rumah bersama anak saya dan ingin mampir gitu.”

Ayana tersenyum, kemudian dia memberikan nomor telepon selularnya kepada bos almarhum suaminya ini. Setelah itu dia pamit pulang.

Rayyan masih termangu ditempatnya melihat kepergian Ayana. Dia merasa takjub sekali pada komitmen wanita itu sebagai ibu rumah tangga. Dia jadi berpikir, kenapa mantan istrinya tidak seperti itu?

 ♥♥♥

“Hai, sori telat, ya! Udah lama nunggunya?” sapa Rayyan.

Pak Chaedar baru saja mendapatkan rezeki tambahan dari proyek sampingannya. Untuk merayakan, beliau mengajak Rayyan makan-makan di salah satu restoran all you can eat yang ada di jalan Gatot Subroto.

Pak Chaedar tersenyum, “Tak masalah, saya juga baru sampai!”

Lihat selengkapnya