Cinta Kedua

Ninna Rosmina
Chapter #1

1. Semuanya Sempurna

Ayana sedang bahagia! Bukan bahagia yang membuatnya sampai melompat-lompat dan menari-nari seperti seorang penari ballet, sih! Tapi sepanjang hidupnya, baru saat inilah dirinya begitu bahagia dan merasa begitu lengkap. Lulus kuliah dengan nilai cum laude, diterima bekerja di perusahaan bonafide, kemudian bertemu dengan soulmate yang sangat mencintai dan menyayanginya. Jadi apa lagi yang dia butuhkan saat ini?

Ayana dan sang kekasih pun baru saja selesai makan malam berdua di malam minggu yang cerah. Tiada awan, tiada hujan, yang ada hanya langit biru dengan bintang-bintang dan bulan purnama menaungi mereka berdua di dalam mobil sedan bercat hitam itu.

Ayana menguap, “Beb, kalau udah sampai, bangunin aku, ya, aku mau bobo dulu!” ucap Ayana.

Dia merasa sangat ngantuk entah karena suasana malam ini yang begitu sejuk atau karena kekenyangan makan yakiniku.

Pria berjenggot tipis itu, Badru namanya, hanya tersenyum tipis mendengar ucapan kekasihnya. Maka perjalanan pulang pun berlangsung dengan suasana tenang dan damai, ditemani musik romantis dari siaran radio. Sampai tiba-tiba suasana tenang itu dihancurkan oleh sebuah suara yang menyakitkan telinga.

“Dhengharkhanlah wanitca pujhaankuw....”

Tentu saja insiden mengerikan seperti itu langsung direspon dengan spontan oleh Ayana.

“AAARGH…, enggak bisa enakan dikit apa nyanyinya?!” teriaknya sambil memukulkan bantal guling kecil berbentuk Winnie the Pooh ke kepala sang kekasih tersayang yang merupakan sumber suara mengerikan itu.

“Apa?” hanya itu reaksi Badru, dengan wajah polos membuat Ayana tidak bisa lagi meneruskan aksi marahnya.

Ayana mencebik kesal, wajahnya tertekuk dan kedua lengannya dilipat di depan dadanya. Badru terkekeh pelan melihat reaksi sang kekasih yang sudah dipacarinya sejak kuliah.

“Jangan cemberut aja, dong, beb... Maaf, yaa!” bujuk Badru. Namun, ekspresi wajahnya yang menyeringai jahil, jelas-jelas menandakan kalau dia tidak serius meminta maaf. “Kalau cemberut aja nanti cepet tua loh! Enggak cantik lagi, bukan Ayana lagi namanya,” lanjutnya. Sesekali mentowel pipi tembam Ayana. Tubuh Ayana memang tidak gemuk, namun entah kenapa pipinya selalu terlihat bulat, seperti sepasang bakpao putih yang menggemaskan.

Tapi Ayana masih tetap teguh mempertahankan aksi cemberutnya.

“Nanti aku beliin coklat yang banyak, deh, buat kamu! Mau enggak? Kalo enggak mau ya syukur, berarti uangku utuh.” Tuh kan, benar, enggak niat baikan.

Ayana mulai goyah, dia paling tidak bisa menolak pemberian yang berbentuk coklat, makanan yang paling digemarinya.

“Tapi maunya yang banyak, sampai se-parcel gede! Ditambah es krim juga!” Dia pun mulai bernegosiasi.

“Oh, jadi mau, toh! Yah, apa boleh buat, janji harus tetap dipenuhi,” ucap Badru dengan gaya santainya.

Ayana sekarang mulai tersenyum kembali dan memasang wajah cerianya kepada sang kekasih. Tentu saja janji akan memberinya coklat akan dia tagih begitu sampai rumah.

DUUUT…!

Hening.

Lihat selengkapnya