Ucapan Perawat Nanda benar-benar terjadi. Jumat pagi, keadaan masih aman dan tenang. Hanya kaum lansia yang sibuk menjodohkan cucunya kepada Cinta dan relawan lain yang datang bersama dengan Cinta. Tapi begitu malam tiba, keadaan tenang itu berubah menjadi kekacauan yang benar-benar tidak pernah diduga dan dibayangkan oleh semua relawan termasuk Cinta.
Wiu, wiu, wiu!
“Apa yang kalian lakukan???” Pak Rama menaikkan suaranya sembari menggebrak dua ruangan di mana Cinta bersama dengan relawan lain tertidur. “Cepat bangun!! Pasien berdatangan dan mereka tidak punya waktu untuk menunggu!!”
Belum cukup dengan gebrakan, suara sirine ambulans tidak berhenti terdengar. Wiu, wiu, wiu!
Jumat malam itu benar-benar gamabarn kekacauan di mana semua orang sibuk hingga pagi hari tiba. Cinta bersama dengan relawan lainnya, tidak tidur sama sekali karena pasien yang tidak henti-hentinya berdatangan yang kebanyakan adalah korban kecelakaan.
“Siapa nama perawat ini?”
Cinta yang baru saja selesai membasuh mukanya setelah mengecek pasien kecelakaan di kamar rawat inap, berniat untuk sarapan di kantin di bagian belakang rumah sakit. Ketika duduk di kantin makan dan harusnya memilih menu sarapan pagi, kedua mata Cinta justru melihat ke arah kebun yang mengelilingi kantin dan dipenuhi sayuran dan buah-buahan segar.
“Cinta, Bu Mila.”
“Ah perawat dengan nama Cinta itu rupanya. Nama yang mudah diingat.” Bu Mila tersenyum sembari memuji nama Cinta. “Nama yang indah sekali.”
“Terima kasih untuk pujiannya, Bu.”
“Mau sarapan apa, Perawat Cinta? Roti bakar dengan susu, nasi goreng spesial pakai telur mata sapi atau nasi kari pedas yang bisa menghangatkan tubuhmu.” Bu Mila menawarkan menu pagi ini. “Jika aku jadi Perawat Cinta, aku akan memilih menu nasi kari pedas yang bisa menghangatkan tubuhku setelah semalaman tidak tidur dan tenaga terkuras habis.”
Cinta yang mendengar tawaran dari Bu Mila, kemudian menatap Bu Mila dan menemukan Bu Mila tersenyum ke arahnya mirip dengan sales yang sedang menawarkan barangnya kepada calon pembeli dan barang yang sedang berusaha untuk dijual Bu Mila sebagai sales adalah nasi kari yang mampu menghangatkan tubuh.
“Jangan sekali-kali memakan kari buatan istriku! Jika kalian masih sayang dengan perut dan usus kalian dan masih ingin hidup lebih lama, akan lebih jangan menyinggung nama masakan itu, apalagi memakannya. Apapun yang terjadi, jangan memakan itu.”
Cinta tadinya tidak ingin memakan menu itu karena teringat dengan pelajaran pertama yang diberikan Pak Rama kepada Cinta bersama dengan relawan lain. Tapi … melihat sorot mata putus asa dari Bu Mila, Cinta tidak punya pilihan lain selain memilih makanan itu sebagai menu makan pagi hari ini. Lagi pula aku suka makan makanan pedas, lebih pedas dari biasanya … mungkin aku masih bisa tahan. Kita coba saja. Tatapan mata Bu Mila mirip dengan ibuku, aku tidak tega melihatnya.
“Sa-saya akan memilih nasi kari pedas, Bu.”
Dua menit kemudian sepiring nasi kari pedas hangat dihidangkan oleh Bu Mila dengan wajah bahagia. Cinta melihat asap dari kari yang hangat itu dan glup … Cinta menelan ludahnya bersiap untuk memakan makanan yang menurut Pak Rama sama seperti makanan neraka.
“Selamat makan, Perawat Cinta. Ibu yakin, perawat Cinta akan menyukai makanan ini.”