cinta LANGIT dan BUMI

ayun trisnalia
Chapter #3

Dan aku Langit #3

Bumi memperhatikan urutan nomor kamar hotel yang berjejer, dia beberapa kali mencoba menghubungi rekan kencannya tapi tanpa jawaban

“Cih, dia sibuk sekali!” kesal Bumi

“Kamar 101” mata Bumi membesar mendapati nomor kamar yang dia cari tepat berada di depan wajahnya, sebelumnya dia merasa ragu. Bumi menghubungi lagi nomor ponsel rekan kencan butanya tapi tetap saja tak ada jawaban dari seberang sana

“Sumpah, ini mengesalkan sekali!” gerutu Bumi sudah diambang batas kesabaran

Bumi menarik napas panjang sebelum tangannya beberapa kali gagal memutar handle pintu

“Fiuuuhh..” Dengan hembusan nafas panjang akhirnya genggaman Bumi berhasil juga mendorong pintu hotel yang ternyata tak terkunci. Bumi heran kenapa kamar ini terlihat sangat sepi

“Kenapa sepi ya?” Bumi mencoba melongok ke ruangan yang sangat lengang. Kamar hotel dengan tempat tidur ukuran queen, sofa panjang, lemari besar dan sebotol minuman di atas meja

“Mungkin dia masih ada pekerjaan” duga Bumi menghibur diri, dia menarik sebuah kursi kayu dan merebahkan duduk

Mata Bumi meneliti sekeliling, kamar ini sepi sekali pikir Bumi sedikit merasa aneh. Kenapa dia mengajak bertemu di hotel. Apa sebaiknya aku pulang saja ya? batin Bumi berdebat sendiri tapi sekali lagi gadis itu mengingat motif dasar dia menemui partner kencannya sampai kesini. Setidaknya aku harus menamparnya walau hanya sekali saja, kesal batin Bumi membara

Jarum jam sebentar lagi menunjukan tepat tengah malam, Bumi merasa kesal karena rekan kencannya tak kunjung muncul. Gadis itu mulai menguap besar, sudut matanya sampai sedikit berair, kantuknya sudah tak tertahan lagi

“ah, aku haus..” tanpa berpikir lagi Bumi meraih botol minuman di atas meja, dia menuangkan segera ke dalam gelas, dengan cepat Bumi meneguk habis air di dalam gelasnya

“Eeiikk.. pahit!” dahi Bumi berkerut mengetahui rasa asing dari minumannya, warnanya yang menggoda ternyata tidak sesuai dengan rasanya, ditambah kini kepalanya menjadi berat setelah meneguk minuman tadi

Kepala Bumi semakin berat dan pening. Dia berusaha berjalan dan berniat pulang tapi yang ada badannya kembali terduduk cepat

“Aduh!” jari jemari Bumi memijat dahinya, dia sudah tak sanggup lagi berdiri apalagi melangkah. Bumi menyenderkan kepalanya di atas meja, dia berusaha menenangkan diri dan tertidur berbantal pergelangan tangan

Sebelumnya..

Langit di perjalanan pulang menuju hotel dengan taksi

“Pak tolong belikan saya sebotol wine” pinta Langit sebelum supir memulai perjalanannya. Langit membuka jam bermerk yang dia pakai. Tangannya menjulur ke arah wajah supir, Langit menggerak gerakkan benda yang tadi dia lepas

“Ini ambil untuk bapak, dan belikan saya sebotol wine” pinta Langit sekali lagi, dengan agak memaksa

Langit merogoh koceknya dan mengambil beberapa lembar uang berwarna merah. Pak sopir segera menerima dan bergegas kembali ke dalam bar. Dia membeli sebotol wine kualitas terbaik

“Ini kembaliannya pak, dan ini jam bapak” dengan sungkan pak sopir menyerahkan bungkusan berikut jam tangan dan kembalian pada Langit

“Hahahhaa..” Langit terkekeh lepas, tangannya meraih bingkisan dan menolak yang lainnya

“Simpanlah untuk bapak, saya sudah tidak butuh lagi! Benda itu akan lebih berharga untuk bapak”ujar Langit berusaha menahan tawa gelinya. Pak sopir hanya bisa menatap heran

“Ini jam mahal pak, saya tidak berani”

“Tenang, itu punyaku pak. Anggap saja hadiah dariku. Malam ini malam keberuntungan bapak. Setelah ini saya tidak akan pernah bisa berbagi lagi” ujar Langit kemudian dengan ekspresi wajah berubah kontras dari sebelumnya

Pak sopir hanya bisa termangu saja, dia mengangguk dengan wajah penuh haru

“Pemuda ini dermawan sekali. Baru tadi pagi anaknya meminta uang bayaran yang sudah menunggak tiga bulan. Dengan harga jam tangan ini dia bisa melunasi biaya anaknya” batin pak supir bahagia, tapi raut wajah datar Langit yang terpantul dari kaca depan mobil membuat pak sopir ragu menerima pemberian Langit

Lihat selengkapnya