Setiap pagi, aku selalu mengirim satu lagu kepada bu Tamara. Itu adalah kegiatan rutin yang aku lakukan. Entah kenapa aku ingin mengirim satu lagu "Yovie Nuno" yang judulnya "Sempat Memiliki", tetapi aku urungkan. Lagu itu memang berkesan, tapi itu adalah lagu perpisahan, mungkin terdengar jahat, tapi untuk saat ini aku tidak ingin berpisah dengan bu Tamara. Aku sudah terlanjur merasa nyaman dengan "pertemanan" ini. Akhirnya aku pilih lagu lainnya untuk ku kirim kepada bu Tamara.
Hariku berjalan normal, aku tetap melakukan pekerjaan, dan tetap berkomunikasi dengan bu Tamara. Aku sempat cemas karena takut pesanku terbaca oleh suami bu Tamara, tetapi dia selalu mengatakan kalau hp adalah privasi. Aku sedikit tenang, tetapi harus tetap waspada.
Menjelang akhir bulan, aku ditimpa musibah, ibuku sakit cukup parah yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit. Aku izin untuk tidak masuk ke kantor beberapa hari. Kabarpun tersebar hingga ke telinga bu Tamara. Jujur, pada saat itu aku sedikit takut jika bu Tamara tiba - tiba bbm mengatakan hal yang aneh - aneh, tetapi untungnya tidak. Dia sudah sangat lihai dalam urusan perselingkuhan. Dia hanya menulis timeline di bbm miliknya dengan mengatakan "aku tau kamu pasti sedang sibuk, jaga kesehatan". Jelas itu pesan untukku yang tidak bisa dia kirim secara pribadi.
Pada saat itu aku memang sangat sibuk, sehingga hanya berfokus kepada ibuku yang sedang sakit. Sampai pada malam hari, sepertinya dia menunggu pesan dariku. Akhirnya aku mencari celah, aku pergi sesaat untuk sholat, karena istriku sedang berhalangan, dia tidak ikut dan menjaga ibuku diruangannya. Akhirnya aku mencoba untuk mengirim pesan. "Bu, ada apa?" tanyaku terlebih dahulu. "Tidak apa - apa kok Mas, jaga kesehatan ya, kamu juga harus fit. Jangan sampai kamu juga sakit," balasnya. "Aku tidak bisa berlama - lama, aku hanya izin sholat. Ibu kok care sama aku? Aku jadi geer nih," godaku. "Jangan geer, aku kan memang perhatian sama semua orang, cepat sembuh buat orang tuamu," balasnya. "Terima kasih Bu, aku kembali ke ruangan ya, tidak perlu balas lagi ya," ucapku memberi kode. Akhirnya aku kembali ke kamar ibuku.
Aku berpikir, orang seperti bu Tamara gengsinya sangat besar. Dia care, baik dan selalu ingin tahu keadaanku, tetapi dia tidak mengakui jika memiliki rasa yang sama sepertiku. Tapi biarlah, aku menjadikannya motivasi untuk bekerja lebih giat. Selama ini aku sering menanyakan perasaan yang dia miliki kepadaku, tetapi dia tidak pernah mau menjawab. Mungkin aku sadar, masih ada sosok pak Hasan yang menjadi secret admirer terlebih dahulu sebelum aku.
Malam itu aku merasa sangat gelisah, seperti akan terjadi suatu hal buruk yang akan menimpaku. Kulihat istriku sudah tertidur pulas, mungkin dia lelah seharian menjaga dan mengurus ibuku. Begitu pula ibuku yang sudah tertidur karena pengaruh obat tidur. Waktu menunjukan pukul 20:30, belum terlalu malam, tetapi keadaan di rumah sakit sangat sunyi. Akhirnya aku menemukan buku komik yang tergeletak di meja, mungkin punya adikku yang tertinggal ketika menjenguk ibu tadi siang. Bukunya adalah "Salad Days", cerita romansa anak remaja. "Seru juga," gumamku dalam hati.