Cinta Lintas Usia

Arif Ramadhan
Chapter #7

Gadis Bernama Berliana

"Awal bulan, kembali ke awal. Setelah tutup buku, mari kita awali bulan baru dengan penuh semangat. Semoga bulan ini lebih baik dari bulan sebelumnya!!" begitulah wejangan pak John pagi itu.

"Bulan lalu memang sangat berat untukku. Semoga bulan ini tidak ada ujian yang berat lagi," gumamku dalam hati. Bulan ini bu Tamara tidak akan ke kantor karena ulahku. Semoga suaminya melunak dan dia diizinkan untuk ke kantor lagi. Aku sempat berpikir bahwa ujian telah berlalu, tetapi aku salah, ujian dan akan terus datang dalam kehidupan. Pagi itu Puput mengucapkan salam perpisahan, hari itu hari terakhir dia menjadi rekan kerjaku. Dia akan dimutasi. Jujur, aku sangat sedih karena aku kehilangan sosok teman, sahabat, sekaligus adik dalam kantorku. Dia mendapat kabar ketika aku sedang merawat ibuku. Baginya itu waktu yang sangat tidak tepat untuk bercerita, sehingga dia baru bercerita setelah kami selesai breafing.

"Mas, aku engga bisa ngomong apa - apa. Aku juga engga bisa kasih apa - apa. Terimakasih ya mas sudah bimbing aku, aku juga selalu bikin kamu repot karena kamu selalu back up aku," kata Puput dengan mata berkaca - kaca.

"Aku pun sama Put, terimakasih karena selalu ada buat aku, kamu mau jadi tempat cerita aku, kamu juga sudah aku anggap sosok adik buat aku. Aku minta maaf kalau aku pernah mendidik kamu terlalu keras," sambil aku usap air mata dipipinya yang terjatuh begitu saja.

"Apapun itu, kamu lakuin itu demi yang terbaik untukku," tangisnya pun pecah. Dia langsung memelukku karena kata - kata tidak bisa mengungkapkan kesedihan dihatinya.

Yang lainpun ikut terharu melihat perpisahan kami. Aku dan Puput memang baru 1 tahun bekerja sama. Tetapi kami tidak pernah bertengkar, banyak yang mengatakan kami cocok untuk menjadi pasangan. Kami berdua menanggapi dengan santai karena aku mengganggap Puput sebagai adikku, begitu pula sebaliknya. Banyak kenangan yang sudah kami lewati bersama, susah senang kami lalui bersama. Bahkan rahasia pribadiku juga diketahui olehnya.

Setelah tangisannya mereda, kami kembali bekerja seperti biasa. Aku mencoba untuk membuat suasana normal seperti apa adanya. Hingga akhirnya jam pulang pun tiba. "Mas, aku pamit ya. Besok ada anak pkl (praktek kerja lapangan) yang bantu kamu. Ada 3 orang, dari sekolah SMKN 01," kata Puput. "Kok kamu baru ngomong, gimana muridnya. Kelihatan nakal tidak?" tanyaku. "Tidak dong Mas, aku kan alumni dari sana. Jadi aku tahu tipikal murid di sana," jawab Puput. "Ohh gtu. Mudah - mudahan bisa bantu kerjaan aku," jawabku lagi. "Tapi pkl hanya membantu selama 1 bulan lho," Puput menjelaskan. "Biasanya 3 bulan, kok bisa?" tanyaku. "Kamu kenal mba Desi engga mas? Katanya dia yang merekomendasikan kantor ini untuk anak pkl itu," kata Puput. "Aku tahu dan aku kenal, tapi tidak dekat seperti aku dengan bu Tamara, hehehe," kataku sambil tertawa.

Lihat selengkapnya