Cinta Lintas Usia

Arif Ramadhan
Chapter #9

Guru Bernama Dessynta

Back to normal again. Aku bekerja sendirian, tidak ada rekan di sebelahku. Untuk sementara waktu management belum mendapatkan rekan untukku, jadi aku masih berjuang sendiri, terkadang memang Aji suka membantuku jika kantor sedang penuh dan ketika aku sedang sholat.

Waktu menunjukan pukul 15:30, keadaan kantor pada saat itu sudah sepi. Setidaknya aku bisa rehat sejenak dan pulang tepat waktu. Aku terkejut ketika aku kedatangan tamu melalui pintu belakang. "Sudah sore, ada agent datang, siapa itu?" tanyaku dalam kesendirian. Dia pun langsung mendatangi mejaku sambil memberikan tangannya untuk bersalaman. "Hai Mas, apa kabar?"

"Baik Bu, silahkan duduk." Aku belum bisa mengenalinya. Setelah bersalaman dia pun duduk lalu membuka kacamata hitamnya dan masker yang dipakai. "Ehh ada Bu guru, baru kelihatan lagi," agent bernama Dessynta muncul kembali. "Iya Mas, aku sibuk banget. Oh iya, aku minta no hp Mas Kahfi dong. Sama pin bbm juga boleh. Hpku rusak, jadi kontaknya hilang," katanya santai. "Baik mba Des." Kami pun bertukar pin dan no hp. Mba Desi tipe orang yang sangat cuek, meskipun cantik tetapi sifatnya sedikit tomboi. "Kayaknya ada yang beda dari mba Desi, apa ya?" aku mencoba untuk memperhatikan. "Apa Mas?" dia pun penasaran. "Kok jadi lebih cantik ya?" kata itu keluar dari mulutku. "Jadi sebelumnya aku jelek?" jawabnya datar. "Bukan seperti itu, cantik kok tetapi hari ini jauh lebih cantik. Aku bukan bermaksud untuk gombal ya," kataku menjelaskan. "Pada saat terakhir kita ketemu, saat itu anak keduaku masih kecil, jadi aku tidak sempat untuk merias diri dan sangat sibuk, sekarang anankku sudah lebih besar, sehingga lebih mudah untukku merawat diri" katanya menjelaskan. Setelah selesai berbincang, mba Desi mengambil beberapa formulir untuk pengajuan permohonan asuransi dan bergegas pulang.

Aku sempat berpikir untuk mendekati mba Desi. Toh, bu Tamara tidak akan tau kedekatan kami. Beberapa hari ini mba Desi lebih aktif ke kantor. Banyak sekali program kerja yang dibuat olehnya. Tentu saja pak John senang karena memiliki agent muda yang aktif dan kreatif. Aku pun terkena imbasnya, aku jadi lebih sering lembur dan pulang malam. Waktuku untuk menelpon bu Tamara pun berkurang. Untungnya kali dia paham dan tidak cemburu. Aku pun menjadi lebih sering bertukar pesan dengan mba Desi. Dia orang yang sangat tegas, sehingga obrolan kami pun hanya seputar tentang pekerjaan saja.

Tak terasa sudah memasuki bulan Ramadhan. Volume pekerjaan menjadi semakin menyiksa, terlebih aku masih belum ada rekan kerja yang baru. Untungnya teman - teman agent amat sangat mengerti kendala yang aku alami. Meskipun aku tidak tahu apakah mereka membicarakanku dari belakang atau tidak. Jam kerjaku berubah dari jam 7 pagi sampe 3 sore. Tetapi aku selalu pulang jam setengah 4 sore untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Setiap pukul setengah 3 sore, mba Desi selalu datang ke kantor. Dia tahu karena pada jam itu kantor sudah mulai sepi. Dia pun duduk di tempat Puput dan Berliana duduk. Semakin lama, kami tidak terlalu canggung.

Ada suatu kejadian unik terjadi pada suatu siang. Hari itu mba Desi datang siang hari. Meskipun hanya sebentar, tetapi dia langsung duduk di sebelahku, tepatnya di tempat Puput dulu. "Ehh ada Mba Desi, tumben datangnya siang? Rapih sekali, memang tidak mengajar?" tanyaku. "Hari ini aku libur Mas. Jadi aku berpakaian seperti ini", sahutnya. Jujur, hari itu mba Dessy sangat cantik. Sangat fashionable, sampai aku terpana dibuatnya. Sebagai informasi, mba Desi adalah guru pramuka di SMKN 01, tempat Berliana sekolah. Dia lebih sering datang ke kantor dengan memakai pakaian mengajar. Tak jarang juga dia memakai seragam pramuka. Dia selalu tampil apa adanya, jujur aku kaget karena hari ini dia jauh lebih cantik dari bu Tamara.

Ketika sedang asyik ngobrol dengan mba Desi, tiba - tiba pintu ruanganku terbuka. Tak ku sangka ternyata bu Tamara yang datang dan ingin memberi kejutan padaku. Tetapi dia sendiri yang terkejut melihat mba Desi sedang duduk berdua denganku. "Ehhh maaf ya ganggu. Aku engga tahu kalau ngobrolnya lagi seru. Ini Mas, aku cuma mau kasih formulir. Ada beberapa orang yang ingin ikut asuransi," sambil memberikan formulir padaku. "Iya Bu, aku terima ya."

Lihat selengkapnya