Cinta Lintas Usia

Arif Ramadhan
Chapter #11

Pilihan Yang Sulit

Setelah sampai rumah, aku merasa ada yang tidak beres dengan kondisi tubuhku. Badanku terasa sangat lemas, tapi aku tidak katakan pada istriku. Esok paginya keadaan masih belum terlalu normal untukku, tapi aku mencoba untuk tidak menunjukan pada istriku. Setelah sampai kantor aku bergegas untuk sarapan, aku pikir badanku akan merasa lebih segar ketika sudah terisi makanan. Tetapi aku salah, kondisi semakin memburuk. Aku memilih tidur di ruang belakang, karena tempatnya sepi dan ada sofa, jadi aku coba untuk pulihkan kondisi di sana dengan tidur sejenak. Mungkin aku terlalu lelah karena hampir tidak pernah beristirahat, dan ditambah kejadian sebelumnya, dimana aku benar - benar dibuat stress oleh teman - teman agent, termasuk bu Tamara.

Tanpa terasa aku tertidur sekitar 3 jam, aku mencoba untuk bangun dan ke ruang depan, kulihat Toni dan Aji sedang melayani nasabah. Langkahku tertahan oleh pak John yang melihatku sangat pucat, suhu tubuhku juga sangat panas. Aku diminta untuk tetap di ruang belakang karena takut aku jatuh pingsan. Aku pun kembali ke belakang dan beristirahat kembali di sofa. Entah kenapa seluruh badanku sangat sakit, aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Biasanya jika sakit panas, badanku hanya merasa kedinginan saja. Tetapi ini berbeda, seluruh tubuhku rasanya tidak bisa digerakan.

Waktu menunjukan jam 12 siang, tanpa sadar aku tertidur lagi. Dan kulihat orang - orang sedang mengerumuniku. Aku pun langsung terbangun dengan tenaga yang kumiliki. Tetapi aku hanya bisa duduk lemas saja.

"Suhu tubuhnya sangat tinggi Pak, sepertinya ini bukan sakit biasa. Lebih baik dibawa ke rumah sakit terdekat, khawatir kondisinya akan lebih buruk." Kudengar sayup - sayup suara dari salah satu orang yang berkerumun. "Bawa dia ke rumah sakit!!" Terdengar jelas suara khas pak John. "Tidak usah Pak, nanti pulih sendiri." Akupun langsung mencoba untuk berdiri perlahan. Setelah dirasa aku sudah bisa duduk, orang - orang pun mulai berhenti berkerumun.

Tanpa kusadari ternyata bu Tamara ada di sana juga, matanya terlihat sangat khawatir dengan kondisiku. Diapun sempat memegang keningku dan membuatkan aku teh hangat. "Terima kasih Bu Tamara," kataku sambil tersenyum. "Tidak apa - apa Mas, cepat sembuh ya." terlihat raut wajah penuh perhatian.

Aku diberi kompensasi untuk pulang lebih awal, dikhawatirkan terjadi sesuatu jika jalanan sudah macet pada sore hari. Pak John berniat untuk mengantarku pulang, tapi aku meyakinkannya bahwa aku bisa pulang sendiri. Aku diminta untuk langsung ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Ketika aku sampai rumah, ternyata orang tuaku sedang berkumpul di rumahku. Melihat kondisi tubuhku yang sangat tidak biasa, ibuku langsung memaksa untuk memeriksa ke rumah sakit. Benar saja, aku terkena penyakit Demam Berdarah dan harus dirawat pada hari itu. Dokter mengatakan bahwa aku selalu memaksakan kondisi tubuhku, sehingga jika hari itu aku tidak ke rumah sakit, tidak ada yang tahu keadaan buruk apa yang akan terjadi padaku.

"Selamat malam Pak, maaf mengganggu waktunya. Saya minta izin untuk beberapa hari ke depan. Saya sedang dirawat di rumah sakit. Terima kasih atas perhatiannya Pak." Isi pesanku pada pak John.

"Semoga lekas sembuh Fi, jangan terlalu memikirkan pekerjaan, kamu boleh masuk ketika kondisimu sudah fit." Begitu isi pesan balasan dari pak John.

"Terima kasih banyak Pak atas izinnya. Selamat beristirahat Pak."

Tak lama aku menerima pesan di grup kantor. "Semoga lekas sembuh Mas Kahfi dan bisa segera ke kantor lagi." Aku lihat Aji yang mengirim pesan tersebut. Dan tiba - tiba grup ramai mendoakan kesembuhanku. Bu Tamara menjadi orang yang pertama merespon pesan dari Aji. Karena sedang dalam pengaruh obat, aku tidak bisa membalas pesan di grup.

Esoknya aku melihat pesan di grup kantor. Mba Desi menjadi orang terakhir yang mendoakanku. "Mungkin dia sibuk," kataku dalam hati. Agar proses pemulihan berjalan lebih cepat, dokter menyarankan aku untuk tidak terlalu sering melihat hp dan meninggalkan pekerjaan terlebih dahulu. Ketika sudah sore, aku cek hpku. Kulihat ada beberapa pesan masuk, salah satunya dari mba Desi yang isinya seperti ini. "Assalamualaikum Mas, aku dengar dirimu masuk rumah sakit. Cepat sembuh ya Mas, jangan terlalu memaksakan diri."

Lihat selengkapnya