Cinta Lintas Usia

Arif Ramadhan
Chapter #17

Anniversary

Setelah pertengkaran terakhir, kami belum sempat bertemu lagi. Tetapi komunikasi kami tetap berjalan, bahkan lebih romantis dibanding sebelumnya. Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil agar tidak terjadi pertengkaran kembali. Ada hikmah dibalik itu semua, kami menjadi lebih menghargai dan menjaga perasaan satu sama lain.

Menjelang ulang tahun perusahaan, Kantor Pusat akan mengadakan lomba seni tari daerah. Setiap kantor cabang wajib mengirimkan anggotanya untuk menampilkan kreasi tari terbaik. Melihat kedekatanku dengan mba Desi, teman - teman agent dan Ibu Ningsih selaku Kepala Cabang baru yang menggantikan Pak John setuju untuk menjadikanku dan mba Desi menjadi tim sukses. Jadi aku dan mba Desi yang akan bertanggung jawab atas kantor cabangku. Awalnya aku ragu dan takut bu Tamara akan cemburu, tapi ternyata dia mendukungku sepenuh hati. Asalkan aku bisa menjaga jarak dan tetap memperhatikannya.

Aku memulai rapat internal dengan bu Ningsih dan mba Desi. Salah satu peraturannya adalah tim harus berisi 6 orang anggota. Ketua tim adalah mba Desi. Orang pertama yang aku rekomendasikan adalah bu Tamara. Selanjutnya teman - teman agent sendiri yang mengajukan diri karena tidak semua bisa menari. Kami diberikan waktu persiapan selama 1 bulan, sehingga kami harus berlatih setiap sore.

Akhirnya aku dan bu Tamara dipertemukan kembali. Awalnya agak canggung karena kami merasa seperti orang yang baru pacaran. Sore itu aku memantau latihan perdana mereka. Untuk koreografi kuserahkan pada mba Desi dan bu Tamara. Aku sengaja pulang terlambat agar bisa meluangkan waktu untuk bu Tamara. Ternyata bu Tamara pun demikian. Dia ingin aku mengantarnya pulang. Tetapi sebelum pulang kami mampir dulu ke kedai roti bakar.

"Darl, kamu engga marah kan aku dan mba Desi jadi panitia lagi?" Kataku memulai pembicaraan.

"Selama kamu bisa jaga perasaanku, aku tidak akan marah."

"Tenang saja, aku tidak akan mencubit dia dan bercanda di depan kamu."

"Jelek kamu, kamu nyindir aku ya." Dengan nada manja dan mencubit kecil tanganku.

Kesempatan itu tak aku lewatkan begitu saja, segera aku genggam erat tangannya. "Aku kangen kamu. Maafkan atas sikapku yang terlalu cemburu, aku hanya takut kehilanganmu. Karena baru beberapa bulan ini aku benar - benar merasakan perasaan sayangmu padaku."

"Iya darling, justru aku yang seharusnya minta maaf karena tak menjaga perasaanmu. Aku pun menangis karena takut melihat tatapan wajahmu. Aku sempat berpikir bahwa kamu tidak akan memaafkanku lagi. Bahkan kamu akan membenciku."

"Memang kamu siap jika harus mengakhiri apa yang baru kita mulai?" Tanyaku dengan nada serius.

Bu Tamara balik menggenggamku dengan erat. "Untuk saat ini aku belum siap. Meskipun aku tahu, hubungan yang kita jalani pasti akan berakhir. Tapi untuk saat ini, aku ingin kita menikmati masa - masa seperti ini."

"Iya darling, aku pun belum siap kehilangan kamu. Kira - kira hubungan kita akan berjalan sampai berapa lama ya? Kita saja belum menentukan tanggal anniversary."

"Sebenarnya tanggal pertengkaran terakhir itu adalah tanggal anniversary kita. Setahun yang lalu, kamu ungkapkan perasaan itu padaku. Meski pada saat itu aku belum terlalu yakin, tapi aku merasa pada saat itu kamu mengungkapkan perasaan padaku dengan sangat tulus dan dari hatimu yang paling dalam. Hingga membuatku goyah dan bimbang untuk memilih antara kamu dan pak Hasan. Seiring waktu berjalan, hatiku tidak salah memilih, aku memilih kamu untuk menjadi pelangi yang menemani hari - hariku."

"Kamu serius tanggal itu dijadikan tanggal anniversary kita? Bukankah kamu baru membalas perasaanku ketika di Anyer?"

"Sehari setelah kamu ungkapkan perasaanmu, hari - hari dipenuhi oleh perjuangan untuk membahagiakanku. Mungkin aku terlalu gengsi untuk mengakui jika aku memiliki rasa padamu. Jadi aku baru mengakui ketika kamu sedang dekat dengan mba Desi. Maafkan aku jika aku terlalu egois. Aku pun sadar, setelah aku mengatakan padamu isi hatiku, sikapmu sama sekali tidak berubah. Bahkan kamu jauh lebih romantis."

"Tidak apa - apa darling. Karena pada saat itu kamu juga suka dengan pak Hasan. Tidak mudah untuk merubah perasaan dalam waktu sekejap. Jadi aku sangat memaklumi itu."

"Semakin hari ujian kita semakin berat. Mendekati anniversary kita bahkan mengalami pertengkaran yang hebat."

Lihat selengkapnya