"Kamu berhutang sebanyak itu buat apa Mas?" cecar seorang istri kepada suaminya yang bergeming tanpa suara di hadapan keluarga.
Terkatup rapat dan tak bisa menjawab pertanyaan istrinya, Helmi hanya bisa tertunduk lesu setelah dalam semalam dia kalah judi online dan menghabiskan uang puluhan juta termasuk tabungan istrinya, hasil dari menjual kios.
"Jawab aku Mas! kamu pakai buat apa? Kita baru menikah setahun dan sudah kehilangan semuanya seperti ini? Selama ini aku hanya banyak mengalah dan diam Mas, aku nggak pernah membuka aibmu di hadapan keluarga bahwa kamu suka berhutang, bahwa kamu kecanduan judi. tapi sekarang aku nggak mau diam lagi Mas, udah cukup!" Lily menangis terisak seraya mengatakan semua uneg-uneg di hatinya.
"Aku mohon Ly, kasih aku kesempatan sekali lagi untuk berubah dan memperbaiki semua ini. aku mohon Ly, aku hanya khilaf." Helmi mengatupkan tangannya memohon kesempatan kedua.
Anehnya, ayah dan ibu Helmi sama sekali tidak bereaksi, mereka seperti sudah jengah dalam menghadapi kenakalan putranya yang tak pernah selesai meski sudah dewasa. Lily menatap ayah dan ibu mertuanya, dia mencoba mencari tempat untuk mengadu.
"Pak, Bu, mulai malam ini dengan tegas Lily katakan, Lily sudah tidak mau lagi membina rumah tangga dengan Mas Helmi. Sudah cukup sampai di sini saja Pak, Bu."
"Ly, nggak bisa gitu. Aku akan beribah Ly." Helmi tetap merengek, meminta kesempatan kedua yang sama sekali tidak akan bisa dipenuhinya.
"Nggak, keputusanku sudah bulat Mas. uang 50 juta itu bukan uang yang sedikit. Aku juga ikut bekerja selama setahun ini, tapi kamu menghabiskannya tanpa sepengetahuanku untuk judi. Apa karena aku janda jadi kamu bertindak semaumu?"
"Ly, aku hanya nggak fokus belakangan ini karena kamu yang selalu cemberut sama aku."
Lily tertawa miris, dalam posisi yang sudah jelas-jelas salah saja Helmi masih bisa menyalahkan Lily yang sama sekali tidak melakukan kesalahan.
"Lalu, apa aku harus tersenyum senang kalau melihat suamiku berjudi setiap malam Mas? Aku marah, karena kamu nggak dengerin aku! Kita ini orang miskin Mas, hiburan kita bukan menghamburkan uang! Harusnya kamu yang mengaku pintar tahu itu bahwa berjudi dan liburan itu mainan orang kaya Mas!" ucap Lily penuh dengan penekanan. Bahkan saat mengatakannya saja urat lehernya sampai menggurat jelas.
"Aku mau kalian membayar semua hutang ini. Aku sama sekali tidak memakai uang ini, jadi Bapak dan Ibu juga harus membantuku untuk melunasi hutang itu."
"Kami, angkat tangan Lily. Sudah banyak yang kami jual sebelum kamu dan Helmi menikah. Kami sebagai orang tua juga sudah tidak tahu lagi harus bagaimana menasehati anak kami." Ayah mertua Lily berkata demikian dan hancurlah sudah dunia Lily.