Hujan rintik-rintik jatuh di atas kaca jendela kafe kecil di sudut kota. Di sanalah Nayla duduk sendirian, menatap kosong ke luar jendela sambil menggenggam secangkir cokelat panas. Hari itu terasa berbeda. Ada sesuatu di udara yang membuat hatinya tidak tenang.
Lima tahun telah berlalu sejak ia meninggalkan Jakarta untuk memulai hidup baru di Bandung. Luka masa lalu yang ditinggalkan oleh seseorang bernama Arga masih membekas di sudut hatinya—tidak menganga, tapi juga belum benar-benar sembuh.
“Nayla?”