Cinta Monyet Bukan Cinta Pertama

Prayogo Anggoro
Chapter #2

Surat Cinta

Sejak mendapatkan pesan asing berupa salam, setiap hari kamu selalu mendapatkan salam dari beberapa adik kelas yang mendapatkan titipan pesan dari orang yang sama, tapi kamu sendiri tidak tahu siapa orang yang menitipkan pesan untuk dirimu.

Hari itu, kamu berangkat pagi lewat depan gerbang sekolah. Dan pagi itu kamu melihat siswi yang masih misterius. Kelihatannya kamu sedikit kenal bayangannya yang mungkin terlintas dalam pikiran. Siswi itu adalah murid yang memperhatikanmu dari dalam jendela kelas Biologi. Masih ingat?

“Kamu Ka Harrel kan?” ucap siswi itu seolah tidak begitu mengenali kamu dengan baik, meskipun sebelumnya banyak siswi kelas VII yang sok kenal dan akrab dengan dirimu melalui pesan-pesan asing yang ditujukan untukmu sendiri.

Kamu meringis terheran melihat wajah gadis itu yang terus menundukkan kepala seolah malu untuk melihat wajahmu. “Iya, ada apa?”

Kamu terus memperhatikan gerak-gerik siswi itu, tapi kamu tidak bertanya apa pun sebelum siswi itu bicara terlebih dahulu, seolah kamu menunggu dia bicara. Kamu masih menunggu dan siswi itu masih berdiri di depanmu, masih dengan menundukkan kepala.

Untungnya pagi itu kamu berangkat sangat pagi dan di sekeliling masih terasa sunyi dan sepi, bahkan hampir tidak terlihat siapa pun di antara kalian dan tidak ada siapa pun yang melihat kalian berdua berdiri di samping lapangan upacara di bawah pohon bunga bugenvil.

Terlihat olehmu yang masih menunggu siswi itu bicara, siswi itu merogoh tas yang tergantung di pundaknya, menggunakan tangan yang seposisi dengan tas itu. Sebuah kertas ungu terlihat oleh kamu digenggaman siswi itu yang mulai menarik tangannya dari dalam tas yang berwarna hitam. Tangan siswi itu terlihat bergemetar hingga kertas yang digenggamnya meringkas dengan kuat hingga lipatan kertas itu terlihat jelas. Kamu masih memperhatikannya dengan aneh dan heran. Tapi, seketika siswi itu mengejutkanmu secara tiba-tiba.

“Ini untukmu,” ucapnya sambil mengangkatkan kepala hingga matanya bertatapan dengan matamu dan kedua tangannya yang menggenggam kertas ungu itu teracungkan kepadamu, tepat di depan dadamu.

Kamu terhentak, tapi kamu masih memperhatikan siswi itu. Kamu sedikit menyipitkan mata untuk melihat wajah gadis itu dengan teliti. Rambutnya yang indah berponi rapi ke samping kanan, matanya yang sedikit besar berbinar indah, hidungnya yang normal khas orang Indonesia, bibirnya yang berlapis liplos terlihat merona dan dagunya yang indah, bahkan kulitnya yang gelap karena sering kepanasan sebagai anak paskibra terlihat manis. Wajahnya terkesan eksotis natural, asli Indonesia. Tapi raut wajahnya sangat pias dan seolah menahan sesuatu yang kamu sendiri belum mengetahuinya atau tidak sama sekali kamu ketahui. Oh iya, jadi dia itu anak paskibra dan waktu itu kamu belum mengetahuinya.

Perlahan kamu menggerakan tangan dan menyentuh kertas ungu itu, terlihat siswi manis itu menggigit bibir bawahnya. Segera kamu merebut kertas itu yang tergenggam cukup kuat dengan cepat tanpa siswi itu sadari, karena memperhatikan wajahmu tanpa komentar hingga sadar-sadar kertas ungu itu sudah berada di tanganmu.

“Terima kasih,” ucap siswi itu segera meninggalkanmu sendiri.

Lihat selengkapnya