Beberapa temanmu dari kelas lain menemui kamu di kelas. Mereka mengajak kamu untuk ikut mereka bermain volly melawan kaka kelas IX. Kamu yang kelihatannya sudah merasa bosan dengan kehidupan di kelas yang tidak menggairahkan, kamu langsung menerima ajakan mereka.
“Kamu seriuskan, Rel!” ucap Bayu.
Kamu membalasnya dengan semangat. “Aku serius, kali ini kita pasti bakalan menang,”
“Kita gak sekedar bermain dengan mereka, tapi kita taruhan,” sahut Mix.
Kamu tersenyum sambil menepuk bahu Mix. “Aku tahu, karena itu aku akan melengkapi tim kalian.”
Awalnya Mix tidak yakin untuk mengajak kamu bermain volly. Mengingat kamu menjadi anak pintar dan taat aturan sekolah dan menjadi penghuni kelas favorit, Mix menduga kamu akan menolak tawarannya. Tapi nyatanya kamu tertarik ikut bermain volly dan Mix senang bahwa dia telah menilai kamu salah.
Sepertinya kamu mengaggap berteman itu lebih penting daripada belajar. Bahkan belajar tanpa teman itu tidaklah nyaman dan membuat dirimu terlihat bosan, kecuali di rumah untuk menghilangkan rasa kesepian. Seakan kamu menganggap hal ini, saatnya menikmati kembali hidup untuk berpetualang. Ya, mengherankankah juga sih kamu?
“Kalau begitu kita kalahkan mereka,” teriak Eka, temanmu yang lain.
Kalian pun langsung bergegas menuju lapangan volly yang berada di depan halaman kelompok kelas VII yang dibagun dua lantai. Di sana kaka-kaka kelas sudah menunggu, mereka adalah lawan kalian untuk berduel volly yang sering dilakukan setiap pulang sekolah waktu kamu kelas VII dulu.
“Lihatlah, anak pintar kembali lagi ke sini!” ucap ka Fazar.
Kamu sendiri langsung mendekati mereka dan mengambil bola volly yang dipegang oleh ka Fazar. “Apa ada yang salah, Kaka?” ucapmu dengan nada menantang.
Ka Fazar tersenyum masam siap melawanmu. “Kamu kelihatan jauh lebih baik dari biasanya!” Ka Fazar mencemoohmu yang lama tidak bertingkah liar lagi.
Beberapa kelas VII yang melihat kaka kelasnya berkumpul di lapangan volly segera mendekatinya dan menyaksikan pertandingan volly yang akan berlangsung dan selalu menjadi tren di sekolah Pemimpin karena cabang olahraga volly di sekolah itu memiliki banyak prestasi. Terlihat dari beberapa pemain itu adalah senior tim volley, sedangkan kamu yang bukan pemain volly, mungkin merasa bahwa pertandingan volly lebih mengasikkan dari basket yang memang kamu menjadi pemain basket yang baik bagi tim sekolah. Waktu itu, kamu sebagai pemain basket andalan sekolah Pemimpin akan bermain volly yang liar.
Seseorang datang membawa jaring net dan segera membentangkan net itu, memisahkan dua tim kaka beradik dari sekolah Pemimpin. Dan salah seorang lagi sudah duduk di posisi sebagai penghitung skor pertandingan. Kemudian, seorang lainnya yang menjadi wasit pertandingan meniupkan peluit dan pertandingan dimulai.
Priittt….
Berawal dari kepalan tangan ka Dani yang melakukan servis, bola volly berwarna kuning dan biru mulai melambung di udara melewati net dan kembali melewati net hingga seterusnya. Pertandingan kaka beradik tim volly sekolah Pemimpin, terlihat seimbang dan sama-sama memimpin skor yang terus saling mengejar sampai poin 25. Tangan-tangannya yang kekar melambungkan bola dengan indah melalui trik dan taktik, kaki-kakinya yang kokoh memasang kuda-kuda untuk siap menerima bola. Pertandingan volly itu sangat keren dan hebat. Kamu yang bukan tim bola volly pun bermain dengan lihay. Sebagai spiker sesekali melakukan smash yang memasukan poin dan malakukan perlawanan yang tidak mau kalah dari kaka kelas.
Di samping itu, para penonton dari berbagai kelas terlihat ramai hingga pinggiran lapangan dikelilingi rapat oleh penonton. Sorakan penonton sekaligus ejekannya ketika pemain melakukan kesalahan, memberikan semangat yang semakin memanas di bawah sengatan sinar matahari siang itu yang benar-banar panas. Bahkan peluh pun terlihat dari pori-pori wajah pemain dan juga penonton.
“Kita harus bisa mengejar,” ucap Mix padamu.
“Aku tahu!” balasmu semangat.