Cinta Monyet Bukan Cinta Pertama

Prayogo Anggoro
Chapter #6

Berharap

November rain. Memang bulan November adalah musim hujan di tanah air ibu Pertiwi. Semua permukaan tanah dan aspal basah oleh air. Terlihat Diana mengayuh sepedanya dengan keras supaya segera sampai di sekolah karena gerimis mengundang hujan datang. Tapi sebelum Diana masuk gerbang sekolah, hujan cukup lebat berhasil mengejar Diana. Diana pun yang tidak mau basah kuyup terpaksa berhenti di halte sekolah yang berjarak sekitar 5 m dari gerbang sekolah.

Diana melihat jam tangannya. Waktu pun hampir menunjukkan pukul tujuh, sepuluh menit lagi berarti bel masuk akan berbunyi. Beberapa murid melewati Diana dengan menggunakan payung, tapi tidak ada satupun yang mengajaknya masuk sekolah. Mungkin karena Diana membawa sepeda. Diana terjongkok di pinggir trotoar halte sambil memperhatikan air hujan turun menetesi genangan air yang menciptakan gelombang. Di halte itu Diana tidak seorang diri, karena itu Diana jongkok di dekat sepedanya sebab kursi halte telah penuh oleh murid lain.

Beberapa menit kemudian, hujan kembali reda dengan menyisahkan gerimis kecil. Ternyata hujan lebat itu hanya lewat saja dan hujan seperti itu memang sering terjadi dan untungnya cepat pergi sebelum bel masuk berbunyi. Diana segera menuntun sepedanya menuju gerbang sekolah seperti murid lain. Tiba-tiba saja sebuah payung berwarna biru meneduhkannya dari gerimis sisa hujan. Padahal Diana tidak meminta seorang pun untuk memayungi dirinya, tapi ketika Diana menoleh pada orang yang memayunginya. Orang itu ternyata kamu dan kamu langsung tersenyum ala libra boy yang menjadi ciri khasmu.

“Kamu akan sakit kalau gerimisan seperti ini,” katamu sambil mengajak Diana berjalan.

“Terima kasih Ka!” balas Diana sedikit malu tersirat diwajahnya tapi hatinya sangat berteriak senang sekali.

Kamu pun mengantarkan Diana ke parkiran sepeda dan juga mengantar Diana sampai depan kelasnya. Entah apa yang membuatmu menjadi peduli pada Diana, tapi kemungkinannya kamu melakukan itu karena waktu itu adalah musim hujan dan kamu sudah semestinya membantu orang lain supaya tidak kehujanan. Bukankah seperti itu?

“Kamu keringkan rambutmu dengan ini,” kamu memberikan slayer warna biru dongker milikmu padanya sebelum Diana masuk kelas karena kamu memperhatikan rambutnya basah. Kamu pun tersenyum dan langsung meninggalkan Diana untuk menuju kelasmu. “Simpan aja dulu slayer itu, mungkin kamu akan membutuhkannya lagi.”

Diana belum sempat mengeringkan rambutnya, tapi kamu sudah menyuruh menyimpannya. Kamu begitu perhatian pada perempuan hingga perempuan seperti Diana pun tidak bisa tahan dihadapanmu dan hatinya langsung terluluh lantahkan. Sial, kamu memakai ramuan apa sih hingga membuatnya seperti itu? Diana terus memperhatikan langkah demi langkahmu yang semakin menjauh dari dirinya hingga menghilang di balik ujung koridor kelas VII. Setelah itu, Diana segera mengeringkan rambutnya dengan slayer sambil masuk kelas tanpa mempedulikan yang lainnya.

Lihat selengkapnya