Semua tahu kamu adalah salah satu yang terbaik di sekolah Pemimpin. Rapat ketua OSIS sebelumnya sudah membicarakan namamu untuk dimasukkan sebagai calon ketua OSIS yang baru. Saat itu sudah ada dua pencalon ketua OSIS yaitu Wulan sari dan Alan Arya Putra. Kedua murid itu sudah tidak asing lagi dalam kepegurusan organisasi di sekolah karena keduanya selalu aktiv dalam kegiatan di sekolah. Tapi pengurus OSIS lama merapatkan untuk menambahkan calon ketua OSIS dan disebut-sebut namamulah yang mereka pilih karena prestasimu yang cukup tinggi di sekolah.
Ketika jam istirahat, ka Dian yang menjabat ketua OSIS lama menemuimu di kelas. Dia bermaksud untuk memberitahukanmu bahwa kamu akan dicalonkan sebagai ketua OSIS yang direkomendasikan oleh para pengurus OSIS lama. “Dirapat pengurus OSIS, kami sudah sepakat bahwa kamu akan menjadi calon ketua OSIS yang baru, Harrel,” ujar ka Dian.
“Ha! Calon ketua OSIS, tapi aku kan tidak pernah masuk dalam organisasi apa pun bagaimana bisa aku menjadi calon ketua OSIS?” sahutmu terdengar kaget mendengar kabar itu langsung dari ketua OSIS.
“Kami melihat kamu memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dan dengan menjadikanmu calon ketua OSIS, kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menggembangkan potensi kepemimpinanmu itu.”
“Kaka ngak salah kan, memilih aku?”
“Kami tidak salah memilihmu, kami yakin kamu bisa menjadi orang yang bertanggung jawab,” balas ka Dian.
“Tapi selama ini, aku terkenal sebagai anak nakal dan sering tidak masuk sekolah. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?”
“Justru karena itu, jika kamu memiliki tanggung jawab kamu akan menjadi lebih baik dari sebelumnya dan yang pasti kami akan mencalonkanmu,” tegas ka Dian.
“Aku tidak percaya.” Kamu menatap ka Dian dengan wajah kaku.
“Percaya atau tidak kamu akan menjadi calon ketua OSIS, dan pernyataanmu ini aku anggap kamu setuju,” ucap ka Dian menekankannya.
“Tapi…” Kamu mencoba mengelak, tapi kamu tidak bisa melawan perdebatan dengan ka Dian yang sangat bijak dan terpintar di sekolah Pemimpin.
Setelah itu pun ka Dian memasukkanmu ke dalam daftar calon ketua OSIS baru. Dan terkumpul ada enam calon ketua OSIS baru yang salah satunya adalah kamu. Dan beberapa hari kemudian, fotomu terpampang di setiap mading sebagai calon ketua OSIS baru. Diana yang melihatnya tambah senang lagi dan merasa dirinya tidak salah mencintai kaka kelas seperti kamu yang terkenal dan pintar. Selain itu, teman-temanmu pun sangat mendukungnya, bahkan mereka melakukan kampaye untuk memilihmu.
Kamu sangat tidak percaya hal semacam itu terjadi dalam hidupmu yang dipenuhi dengan bermalas-malasan. Kamu melihatnya seolah mual dan ingin muntah dengan aksi teman-temanmu yang menyorakkanmu sebagai ketua OSIS baru yang harus dipilih. Di samping itu, Diana memberikan dukungan langsung padamu. Dia menemuimu lagi dan mengucapkan selamat karena kamu berhasil menjadi calon ketua OSIS dan Diana menduga itu semua karena kemauanmu mendaftarkan diri sebagai calon ketua OSIS.
“Ka Harrel, aku tidak menduga kaka mendaftarkan diri sebagai ketua OSIS. Semangat Ka! Aku akan mendukungmu, Ka Harrel! Ka Harrel!” ucap Diana sambil menyoraki namamu di koridor sekolah sebelum pulang.
“Stt… apa yang kamu lakukan? Memalukan!” Kamu mengintrupsi Diana.
“Kenapa mesti malu? Calon yang lain juga melakukan kampaye bahkan mereka sendiri meminta untuk dipilih.”
“Itu mereka, tapi aku tidak karena aku tidak pernah mendaftarkan diri menjadi ketua OSIS dan tidak mau menjadi ketua OSIS. Lebih baik kamu dukung yang lain Ok! Mengerti!” ujarmu kesal dengan gaya Diana yang seperti temanmu yang lain membuat kamu seakan mual mendengar kata-kata gaya perjuangan seperti itu.
“Tapi…” Diana hanya merengut melihat kamu bertingkah kasar padanya dan itu adalah pertama kalinya Diana mendapatkan perlakuan kasar darimu.
Kamu hanya menghembuskan nafas dengan berat dan langsung meninggalkan Diana begitu saja. Diana pun kecewa melihat sikapmu yang seperti itu dan ternyata di balik senyum libra boymu ada sisi lain dari dirimu yang baru Diana ketahui waktu itu.