Beberapa hari setelah kamu terpilih menjadi ketua OSIS, para pengurus OSIS lama dengan dibantu oleh anggota MPK (Majelis Perwakilan Kelas) yang baru, memberikan pelatihan dasar kepemimpian bagi calon pengurus OSIS baru termasuk kamu. Kegiatan itu dilaksanakan selama lima hari berturut-turut setelah jam sekolah selesai. Dalam lingkungan pembelajaran itu, kamu terlihat seolah berada di dalam penjara yang tidak bebas, sebab kamu harus bersikap normal layaknya pemimpin yang harus memberikan contoh kepada bawahannya. Tapi terkadang pindatomu dalam latihan selalu berbicara ngawur dengan mengatakan: OSIS hanyalah pembelajaran dan jangan terlalu memikirkan organisasi itu dan lebih baik belajar materi pelajaran yang baik supaya tidak diremidial dalam ulangan.
Pidato kamu yang semacam itu seolah menyinggung salah satu wakil ketua OSIS yang telah ditunjuk yaitu Alan. Alan adalah anak yang rajin dalam organisasi dan mementingkan kegiatan organisasi daripada belajarnya hingga seringkali Alan diremedial karena nilai pelajarannya kurang. Hal itu tentu saja membuat Alan geram dengan sikapmu padanya. Memang dia sudah menyatakan perlawanan terlebih dulu padamu, tapi perlawanan itu kamu yang memulainya sebelum kamu resmi menerima jabatan ketua OSIS. Maka untuk mengimbangi pernyataanmu Alan pun membongkar semua kenakalanmu di depan calon pengurus OSIS baru yang kebanyakan dari kelas VII yang masih belum mengetahui kabarmu yang pasti sebagai murid ternakal di sekolah Pemimpin.
Dilihat dari segi pidato kalian, kalian sudah mulai mempertunjukkan persaingan itu dan Alan sudah mulai menyiapkan perlawanan bagi masa kepengurusan kamu. “Jangan lengah, maka aku akan memukulmu dari belakang.” Itu yang dikatakan Alan padamu di sela-sela kegiatan latihan dasar kepemimpinan.
“Aku tidak takut dengan orang bodoh sepertimu, aku tunggu kamu datang.”
Pengurus OSIS lama yang melihat perselisihan di antara kalian, khawatir bahwa ini akan menjadi persaingan politik yang serius. Karena itulah, ka Dian menemui kamu untuk membicarakan masalah kamu dengan Alan.
“Harrel, sebenarnya ada apa di antara kamu dan Alan, kelihatannya kalian tidak akur?” Ka Dian penasaran dengan sikap kalian yang sering bersaing.
“Mungkin dia syirik padaku karena tidak terpilih menjadi ketua OSIS,” jawab kamu ketus.
Ka Dian kaget mendengar perkataanmu. “Jangan berperasangka buruk seperti itu Rel!”
“Aku dan Alan memang sudah tidak akur sejak SD, aku dan dia sudah enam tahun duduk dalam satu kelas dan kita selalu bertengkar. Dan sekarang aku dipertemukan lagi dengannya seolah ini kesempatan dia untuk balas dendam,” ungkapmu.
“Balas dendam apa? Kamu ini seperti orang dewasa saja.” Ka Dian mulai takut mendengar ceritamu karena nada suaramu yang dingin.
“Ini bisa menjadi kesempatan dia mempermalukan aku karena aku tidak cukup banyak tahu tentang organisasi. Ka Dian, aku mohon ajari aku sebagai pemimpin!”
“Aku pasti membantumu, kamu adalah pilihanku yang tepat. Aku lihat kamu mulai bersemangat dan ini harus kamu jadikan persaingan yang sehat untuk belajar, jangan jadikan ini politik yang terlalu saling menjatuhkan!”
Kamu tersenyum lebar. “Aku mengerti Ka!”
Kemudian, kamu menjadi dekat dengan ka Dian dan setiap istirahat kamu menemui ka Dian di ruang OSIS untuk belajar banyak hal tentang kepengurusan OSIS. Ka Dian senang melihatmu sangat bersemangat dan kamu terlihat lebih cerdas daripada dirinya dan ka Dian mengakui hal itu.
Lalu apa yang terjadi dengan teman-temanmu? Mereka merasa terlupakan dan bolos sekolah terlihat ada yang kosong. Mix merindukanmu dan yang lainnya juga, tapi mereka coba mengerti ko. Tugasmu sebagai ketua OSIS berat.