Cinta Monyet Bukan Cinta Pertama

Prayogo Anggoro
Chapter #10

Suatu Masalah

Kamu mulai disibukkan dengan segala hal yang berhubungan dengan kepengurusan OSIS. Mengurus ini, mengurus itu, menyusun program kegiatan tahunan, bulan dan mingguan. Membuat anggaran rumah tangga dan menyusun proposal untuk rapat kepengurusan dan yang lainnya. Kamu pun mulai melupakan masalah Diana yang mungkin sempat kamu pikirkan. Ya walau hanya sdikit. Jika tidak itu kebangetan! Kamu pernah mencoba untuk meminta maaf tapi kamu takut dan tidak melakukannya malah lari dari tanggungjawabmu untuk meminta maaf pada Diana. Pecundang! Sedangkan Diana mencoba tidak mengusikmu, dia tidak mau mencari tahu apa kegiatanmu yang mulai terjadwal padat di sekolah.

Ketika kamu sedang sendirian di ruang OSIS siang itu. Tiba-tiba ada yang membuka ruang ketua OSIS dan orang yang membuka pintu itu tidak asing lagi bagimu dia adalah ka Sugi yang dijuluki penguasa SMP Pemimpin. Kedatangannya itu pasti akan membawa masalah besar bagimu dan itu pun terjadi. Dia langsung duduk di atas meja kerjamu dan memaperhatikanmu dengan baik. Kamu mencoba tidak mengurusinya tapi dia selalu menggodamu.

“Ada apa Ka?” Kamu bertanya kasar dan memang anak seperti itu harus dikasari.

“Aku minta uang keamanan, kamu mengerti kan maksudku?” jawab ka Sugi sambil tersenyum jail.

Kamu menatapnya tajam. “Memangnya kamu siapa?”

“Kamu tidak tahu siapa aku? Ke mana saja, HA?” bentak ka Sugi kasar sambil meringkus seragammu. “Tanpa aku, kamu tidak akan menjadi ketua OSIS dan lebih baik kamu turuti aja kalau kamu mau aman di sini,” lanjutnya kasar sambil mendorongmu ke sandaran kursi.

Ini masalah besar.

Kemudian, beberapa teman ka Sugi masuk dan membawamu keluar dari ruang OSIS. Kamu tidak bisa melawan karena kamu sendirian. Ka Sugi pun membawamu ke gudang sekolah di sebelah barat sekolah yang dibangun dekat tempat pembuangan sampah. Di sepanjang jalan, kedua kaka kelas memegangi tanganmu supaya kamu tidak kabur. Wajahmu saat itu sangat tenang dan tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan ka Sugi dengan gengnya. Entahlah, mungkin kamu sudah mengenal cukup baik mereka. Kan dulu kamu anak nakal.

“Lepaskan aku! Aku bisa berjalan sendiri,” ucapmu sambil berontak kecil kepada kedua kaka kelas yang memegangi tanganmu.

Ka Sugi pun menengokmu yang berjalan di depan dan memperhatikan wajahmu dengan kejam. “Sepertinya kamu orang yang bisa dipercaya, lepaskan dia!” ujar ka Sugi dan kamu pun dilepaskan.

Kamu langsung merapikan seragammu dan segera mengikuti ka Sugi menuju gudang sekolah. Sesampainya di sana dan masuk gudang itu, mereka langsung mengunci pintunya dan melarangmu keluar. Di sana terlihat ada belasan murid yang sudah menunggu kedatanganmu. “Apa yang Kaka mau dariku?” Kamu bertanya pelan seolah menantang.

Ka Sugi menampik bahumu kasar. “Aku akan memberikanmu pelajaran supaya tidak sok di sekolah ini.”

“Tenang, aku bukan orang munafik. Kita pernah bertemu dan Kaka tahu siapa aku.” Wajahmu mulai curiga dan mencoba mengimbanginya supaya mereka tidak menghajarmu.

Lihat selengkapnya