Seperti biasa, untuk hari libur kamu bermalas-malasan di pagi hari untuk menikmati bergulirnya waktu dengan santai. Kamu mulai memasang earphone di telinga dan mengambil salah satu komik yang kamu kumpulkan di meja bagian bawah yang terdapat di kamar tidurmu.
Selanjutnya kamu mulai menikmati semua rutinitas itu dengan nyaman. Sekelilingmu sekejap pun terdengar sepi karena kamu sudah tidak melakukan gerakan apa pun dan suasana sekitarmu sangat tenang. Seekor kucing berwarna hitam pudar berjalan di lantai kamarmu yang masuk lewat pintu kamar yang terbuka. Kucing itu adalah satu-satunya temanmu di rumah.
Jalannya yang pelan di atas lantai berwarna merah jambu tidak menimbulkan suara, tapi seketika kucing itu meloncat naik ke tempat tidurmu, membuatmu kaget terperanjak.
Miow…
“Caty, kamu ngagetin aja!” ucapmu kemudian tidak mempedulikan Caty.
Kucing itu bernama Caty dan nama itu pun kamu yang memberikannya. Kucing itu lahir sekitar saat kamu kelas 5 SD di dalam lemari keponakanmu yang rumahnya tepat ada di samping kiri rumahmu. Karena kucing itu diusir oleh bibimu, ibunya membawanya pindah dan tinggal di atas lemarimu. Caty memiliki dua saudara tapi saudaranya meninggal dan ibunya pun pergi setelah Caty beranjak besar.
Caty sudah tidur di tempat tidurmu dan kamu yang sudah selesai membaca satu chapter mulai mencicipi susumu yang mulai hangat. Kamu menyeruputnya sedikit dan langsung meletakkannya di meja kembali. Ketika kamu akan membaca komik lagi, tanpa sengaja menatap jendela dan sebuah bayangan terlihat berdiri di luar jendela dan membuatmu terkejut.
“Harrel….” sapa orang yang berdiri di luar jendela.
Kamu langsung berdiri dan mendekati jendelanya. “Kamu, kapan datangnya?” Kamu bertanya pada gadis cantik yang ada di luar jendela dengan rambutnya yang lurus dibiarkan tergerai indah, dan kamu pun melepaskan kedua earphone yang terpasang di telingamu.
“Dari tadi aku mengetuk pintumu, pantas aja tidak dengar telingamu kamu sumpel,” balasnya sewot.
Kamu mendekati jendela sambil meletakkan tangan di atas meja. “Maaf biasanya tidak ada orang yang datang ke rumahku, apalagi pagi seperti ini,” ujarmu menyesal.
“Sekarang bukakan pintunya, aku mau masuk!” perintah dia sewot.
Kemudian, kamu berjalan ke arah lemari dan kamu membuka pintu pintas dari kamarmu yang masih terkunci yang langsung menuju ke luar rumah. Gadis cantik tadi pun langsung masuk kamarmu tanpa permisi, dia duduk begitu saja di tempat tidurmu hingga membangunkan Caty yang sedang tidur pulas.
Miow…
Teriak Caty membuat gadis cantik itu kaget sedangkan Caty sendiri langsung meloncat dan keluar lewat jendela. “Kucingmu masih seperti dulu, pemalas seperti yang punya,” ujar gadis itu padamu.
“Apa kabarmu?” tanyamu sambil mendekatinya dan mengajaknya bersalaman, kamu juga langsung duduk di sofa yang membuatmu bertatapan muka dengan gadis cantik itu, yang duduk di tempat tidurmu.
Gadis cantik itu menerima jabatan tanganmu. “Aku baik-baik saja, ngomong-ngomong kamu jadi lebih ganteng dari ka Aman. Ka Aman sendiri pergi ke mana?” ucap gadis cantik itu kemudian memperhatikan sekeliling kamar tidurmu yang seolah tidak terpajang satu pun yang dicari.
“Ka Aman di Jakarta dan di kamarku tidak ada satu pun fotonya,” balasmu sambil menebak apa yang sedang gadis itu cari.
“Aku tidak mencari foto dia,” sahutnya mendengus.
“Huft… kapan kamu datang ke sini?”