Ketika kamu kelas 3 SD ada murid baru pindahan dari kota Bogor. Dia adalah anak yang manis dan lucu dengan pipinya yang tembem. Siswi itu adalah Winda Helena, dia memeprkenalkan dirinya di depan kelas dan ketika dia tersenyum giginya terlihat ompong di atas sebelah kiri gigi taringnya dan membuat teman barunya menertawakan dia. Siswi baru itu duduk bersama Ema dan tepat duduk di depanmu. Siswi itu pun menoleh ke belakang untuk berkenalan denganmu dan selanjutnya dia memilihmu menjadikannya teman. Setiap jam istirahat, kalian sering makan bersama dan jajan gorengan di warung.
Kalian semakin dekat dan akrab. Dari tahun ke tahun hingga kelas enam, dia semakin lengket padamu dan selalu meminta mengerjakan tugas padamu karena kamu cukup pintar menyelesaikan PR. Terkadang Winda memintamu datang ke rumahnya untuk mengerjakan PR dengan balasan kamu akan dibelikan bakso yang sering lewat depan rumahnya setiap sore.
Kalian yang mulai beranjak menjadi ABG, Winda lebih cepat tumbuhnya dibandingkan kamu. Dia suka bermain di rumahmu untuk menunggu ka Aman pulang. Winda sangat menyukai ka Aman dan ingin menjadi pacarnya.
“Harrel, kamu mau tidak menjadi adikku?” tanya Winda sambil duduk di lantai dalam kamarmu.
“Kenapa harus menjadi adikmu, kita kan teman!” balasmu yang duduk di sampingnya sambil kalian bermain ular tangga berdua.
Winda mengocok dadunya. “Soalnya aku mau menjadi pacarnya ka Aman.”
“Pacar?” Kamu masih bingung dan tidak mengerti maksud Winda saat itu.
Winda mulai menggerakan orangnya berdasarkan nilai dadu yang muncul. “Iya, nanti kita akan membuat love dan mengukir nama kita di batang pohon dan itu berarti aku akan menjadi pacarnya ka Aman.”
“Memangnya bisa ya?” tanyamu sambil mengambil dadu.
Ketika kalian asik mengobrol sambil bermain ular tangga, ka Aman pulang sekolah dengan mengenakan motornya yang berwarna biru. Seragam sekolahnya yang berwarna putih abu-abu membuat ka Aman terlihat tampan. Winda yang melihatnya langsung mengintip lewat jendela sambil tersenyum-senyum sendiri, sedangkan kamu tidak mengerti tentang hal itu. Tapi ketika ka Aman menoleh pada kalian, Winda langsung mengajakmu mengumpat di bawah jendela dan melupakan permainan ular tangga.
“Ada apa?” Wajahmu kebingungan.
Winda terkekeh saat ka Aman tiba-tiba memergokinya. “Bukankah kita sedang bermain?” Winda pintar membuat alasan.
Berbeda jika kalian sedang berada di sekolah. Beberapa anak laki-laki akan menjaili Winda karena Winda murid yang berparas manis dan cantik. Ketika Winda dijaili anak laki-laki, kamu datang membelanya dan menghajar habis mereka. Salah satu murid yang menjadi musuhmu adalah Alan, yang juga teman sekelas kalian.