Kamu membawa Winda pergi ke konser band di aula sekolah. Anak-anak band dari berbagai kelas manggung di acara pensi karena acara itu pun ada hadiahnya bagi peserta yang menunjukkan kreasinya, yang tentu saja jurinya dari pengurus OSIS sendiri dengan dibantu satu pembina dewan guru.
Saat kalian melihat panggung band, Winda melihat Alan ikut dalam band yang sedang bermain di atas panggung. Alan berdiri di sana sebagai vokalis yang keren. Winda yang melihat Alan langsung teringat semua tentang Alan. Alan yang dulu sering menjaili menarik roknya ke atas dan mencoba menyentuh dirinya dengan nakal, dan yang selalu kamu hajar karena sikapnya yang nakal pada Winda. Saat itu Winda senang melihat Alan bermain gitar di atas panggung band sambil bernyanyi.
“Itu Alan kan Rel!” Winda menunjuk seseorang di atas panggung.
“Iya, dia Alan yang suka menjailimu dulu,” jawabmu berbisik di telinga kanannya.
Winda pun langsung bersorak senang melihat Alan. “Alan….”
Alan yang merasa ada seseorang yang menyorakinya langsung mencari suara itu dan dia pun melihat Winda berdiri di sebelahmu. Winda mengangkat tangannya dan melambaikan kepada Alan, Alan yang menatapnya tidak percaya Winda bisa ada di sekolah itu karena Alan tahu Winda melanjutkan sekolahnya ke Jakarta.
Winda yang bisa melihat Alan tersenyum pada dirinya, langsung senang karena Alan masih ingat pada dirinya. Winda langsung menerobos kerumunan murid untuk berdiri langsung di depan panggung. Murid yang melihatnya sangat heran karena mereka tahu Winda bukan murid sekolahnya dan mereka bertanya-tanya dari mana datangnya siswi cantik yang ceroboh itu?
Setelah Alan selesai membawakan lagu bersama bandnya, dia segera menemui Winda di ruang ganti yang terlihat sepi. Alan pun memeluk Winda langsung. Winda yang dipeluk Alan hanya terdiam dan langsung tersenyum ketika Alan melepaskan pelukannya.
“Apa kabarmu Lan?” tanya Winda dan saat itu kamu berdiri tidak jauh dari mereka.
“Kamu semakin cantik Win!” Alan terkagum-kagum melihat Winda karena tidak menyangka bisa bertemu Winda lagi.
Tiba-tiba Winda menampar Alan dengan pelan tepat di pipinya. “Kamu masih kurang ajar ya!”
Alan langsung merasa malu dan terkekeh menatapnya. “Maaf! Aku tidak sengaja.”
Winda tersenyum dan Alan bisa menerimanya. Mereka tahu sudah dua tahun tidak bertemu dan mereka sudah tumbuh semakin gede, rasanya sangat aneh jika bertemu seperti itu. Mereka berdua langsung mengobrol dan kamu yang berdiri di samping mereka mulai terabaikan. Winda sudah berubah dan dia tidak menangis seperti waktu SD saat Alan menjailinya. Waktu itu Winda pun tidak marah saat Alan memeluknya, Winda sudah semakin gede dan tahu banyak tentang cinta.
Kamu sendiri waktu itu belum sepenuhnya tahu banyak tentang cinta. Kamu yang dulu tahu cinta hanya mengukir gambar love di batang pohon seperti yang Winda katakan seolah semua itu tidaklah benar, karena cinta menyangkut perasaanmu.
“Besok aku akan kembali ke Jakarta lagi,” ujar Winda dalam percakapannya dengan Alan.
“Cepat amat, tapi hari ini kamu harus senang-senang di sekolahku!” ujar Alan.
Kemudian mereka menghampirimu, dan Winda meminta izin padamu untuk pergi bersama Alan. “Harrel, aku pergi bersama Alan ya!”
Ya, ya kamu diabaikan olehnya!
Lantas kamu pun mempersilakan dan mereka langsung meninggalkanmu sendiri. “Iya, kalau acara sudah selesai kamu bisa menemuiku di ruang OSIS!” Kamu menatap kepergian mereka dengan rasa yang tidak suka, sedangkan Alan tersenyum melihat wajahmu yang bodoh.