Cinta Monyet Bukan Cinta Pertama

Prayogo Anggoro
Chapter #17

Orang Ketiga

Rapat pengurus OSIS telah memutuskan panitia perpisahan kelas IX, yang akan dibantu oleh beberapa dewan guru. Semua persiapan telah dipersiapkan dari panggung beserta dekorasinya hingga susunan acara telah dibuat oleh pengurus OSIS dan beberapa pegelaran seni pun sudah didata dalam susunan acara seperti seni tari tradisional, anak band, drama musikal dan lain-lain. Dari berbagai organisasi ekschool pun membantu dalam pelaksanaan perpisahan kelas IX. Anak-anak pramuka mempersiapkan peralatan dan merapikan panggung, anak-anak paskibra pun ikut dalam kegiatan acara upacara adat dan penyambutan tamu, sedangkan PMR aktiv dalam hal konsumsi. Selain itu, anak ekschool kesenian dan bidang olahraga mempersiapkan pameran yang dibuka di aula sekolah. Semua bekerja sama untuk yang terbaik.

Sore hari sebelum hari H, semua persiapan sudah selesai dan kamu mengumpulkan panitia untuk melakukan gladi resik sekitar jam tujuh malam. Setelah itu, beberapa panitia pun ada yang menginap di sekolah untuk persiapan besok pagi supaya acara tidak mengaret. Kamu yang akan aktiv besoknya, malam itu pun pulang untuk istirahat bersama anak-anak yang lain. Di sana pun ada Diana yang menjadi perwakilan dari anggota paskibra. Malam itu Diana mengajakmu pulang bersama. 

“Kamu pulang ke rumah dengan siapa Na?” tanyamu yang berjalan di samping kanan Diana.

Kalian berdua berjalan bersama dikoridor sekolah yang ramai oleh anak-anak yang lain. Lampu-lampu putih yang menyala setiap beberapa meter di atap koridor memperlihatkan kalian berdua. “Aku belum tahu, soalnya Peni sudah pulang dari sore,” jawab Diana.

Kamu menatap wajah Diana. “Kamu bawa sepeda kan?”

“Iya, tapi sepertinya aku akan mencari makan malam dulu. Kaka mau ikut?”

“Memangnya kamu tidak minta makan pada seksi konsumsi, semua panitia kan sudah ada anggarannya sendiri dan berhak mendapatkan jatah makan,” ucapmu terdengar tegas.

Diana terlihat bersalah. “Aku ngak suka menunya, aku pengin beli mie ayam di perempatan,” ucapnya sambil menundukkan kepala.

Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan berdiri di antara kalian. Orang itu tidak asing bagimu dan dia sudah mulai menganggapmu teman sejak Winda bercerita tentangmu, saat yang dulu padanya. Winda juga meminta dia untuk tidak bermusuhan lagi denganmu. “Aku boleh ikut kalian ngemie ayam?” kata Alan.

Kamu merasa bahwa kehadiaran Alan saat itu sangat mengganggu, padahal suasana seperti itu cukup nyaman berduaan bahkan beberapa anak-anak pun jalan berdua. Yang bertiga itu salah satunya adalah setan. Matamu seolah mengatakan Alan sebagai setan itu.

“Ka Alan juga boleh ikut!” ujar Diana senang.

“Terima kasih Na, aku juga belum makan tadi seolahnya aku tidak suka menunya,” ujar Alan pada Diana dan membelakangimu.

“Kita sama, aku tidak suka makan brokoli dan kentang,” ucap Diana.

Alan langsung membalasnya. “Iya, aku sangat tidak suka makan kentang.”

Ck! Kamu menatap Alan yang terkekeh girang dan mengaku dirinya pun tidak menyukai kentang, padahal kamu tahu Alan paling suka mengemil kentang goreng sejak SD. Waktu perkemahan lomba tigkat pramuka saja Alan sering mencuri kentang goreng di tenda PI yang disiapkan oleh bu Tuti untuk makan malam.

Kamu yang merasa terhalangi oleh Alan pun mulai diam dan mempercepat jalannya. Diana yang melihatmu seolah terburu-buru pun menyapa. “Ka Harrel juga ikut makan mie ayam kan?”

Kamu tersenyum “Tentu saja, tapi aku ke toilet dulu ya!” balasmu kemudian belok ke sebuah lorong yang sepi menuju toilet.

“Harrel tunggu!” Tiba-tiba Alan berteriak dan meminta Diana menunggunya di depan gerbang.

Lihat selengkapnya