Cinta Monyet Bukan Cinta Pertama

Prayogo Anggoro
Chapter #18

Menghilang

Pagi sekali kamu berangkat ke sekolah bersama dengan turunnya embun yang membuat kabut tebal di jalan dekat pesawahan hingga kamu tidak bisa melihat sesuatu dalam jarak lebih dari sepuluh meter. Kamu melaju di atas dua roda milik Alan yang semalam dipinjamkan padamu dengan cepat supaya tidak terlambat dari teman-temanmu yang lain karena sebagai ketua OSIS kamu merasa harus datang lebih awal. Sesampainya di sekolah, beberapa panitia yang menginap di sekolah pulang supaya sebelum acara dimulai mereka dapat kembali lagi ke sekolah. Sementara itu, kamu mulai mempersiapkan segala keperluan yang harus kamu persiapkan bersama teman-temanmu.

Setelah semuanya selesai, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menemuimu untuk menanyakan sejauh mana persiapan itu. Tapi untungnya semua sudah siap bahkan sesi dokumenter pun sudah memasang kamera di tempat yang pas. “Terima kasih Rel! Good job.” Pak wakil kepala sekolah hanya mengatakan kata-kata itu dan kembali pergi untuk mempersiapkan yang lainnya.

Beberapa pagar ayu sudah siap dengan pakaian kebayanya. Petugas pagar ayu yang diambil dari ekschool paskibra, terlihat Diana tampil begitu cantik dengan kain kebaya yang berwarna hijau muda, selain itu Ita pun ada di sana. Beberapa menit kemudian tamu undangan sudah mulai ramai dan tepat jam delapan pagi acara penyambutan dimulai dengan beberapa kreasi anak-anak seni yang sudah berlatih berbulan-bulan untuk hari itu. Ada pembacaan puisi, dongeng, seni tari, dance, band, drama, drama musikal dan yang lainnya hingga jam sepuluh pagi.

Di jam sepuluh pagi dan semua tamu undangan baik wali murid dan para murid kelas IX ataupun tamu undangan yang lainnya dari kelurahan dan tokoh masyarakat memenuhi tempat yang tersedia. Puncak acara perpisahan kelas IX langsung dimulai hingga selesai sekitar jam dua belas siang. Tidak lupa, acara puncak upacara adat menjadi moment yang paling indah bagi kelas IX dan semua senang melihat acara itu. “Mereka terlihat seperti pengantin sungguhan ya!” tiba-tiba Diana berdiri di sampingmu yang sedang asik mengambil gambar dari kejauhan.

Kamu terlihat kaget dan terbengong melihat Diana. “Bisa jadi!” balasmu kaku.

Setelah itu, acara akan dilanjutkan malamnya sebagai pesta dansa dan yang tentunya beberapa panitia perpisahan kelas IX masih bertugas untuk malam itu termasuk kamu dan yang pastinya ada Alan dan Diana malam itu.

***

Acara pesta dansa malam itu dipenuhi gemerlap lampu yang cantik dan berwarna-warni. Melihat sepasang penari dansa dengan balutan gaun dan jas yang indah, kamu duduk termanggu masih dengan seragam sekolah yang tentunya kamu sudah ganti seragam karena yang tadi siang sudah bau kecut. Sementara itu, Alan terlihat sedang berdua bersama Diana di tempat penyambutan dengan memakai baju yang indah seperti anak kelas IX. Malam itu yang sudah tidak ada yang bisa kamu lakukan lagi karena semua kelas IX sudah berpesta ramai, kamu mulai menyingkir dari acara itu dan pergi ke toilet untuk cuci muka.

“Rasanya ini semua seperti mimpi, Alan semakin dekat dengan Diana dan terlihat serasi,” ucapmu di depan cermin sambil memperhatikan dirimu sendiri yang semakin jauh dari pandangan Diana. Jadi, apa yang kamu rasakan waktu itu? Cemburu?

Kamu keluar toilet yang terlihat begitu sepi. Ketika kamu berjalan di lorong menuju koridor, datang tiga anak yang lebih besar perawakannya menghampirimu. Ketiga anak itu berpakaian rapi layaknya kelas IX, tapi apa yang mereka lakukan? Mereka langsung meringkusmu dan akan membawamu dengan paksa. “Lepaskan! Kalian siapa?” hardik kamu.

“Heah! Diam!” ucap salah satu di antara mereka.

Selanjutnya, kamu dibawa mereka ke belakang sekolah yang sepi dan gelap. Sesampainya di sana, kamu melihat Mix ada di sana. Mix terlihat tidak ada dipihak mereka bahkan dua orang pun memegangi kedua tangannya.

“Ini bos anaknya!” ucap seseorang yang membawamu ke sana.

Seseorang bertubuh besar dan seram langsung menghampirimu. Tiba-tiba dia memukul wajahmu tanpa asa hingga kamu yang kecil tersungkur.

“Harrel…” teriak Mix tapi kedua anak yang memegangi tangannya melarang Mix membantumu berdiri. “Please Bang jangan!” lanjut Mix memohon pada orang yang memukulmu untuk tidak melakukannya lagi padamu.

“Apa salahku?” tanya kamu menatap wajahnya yang begis.

“Mentang-mentang kamu ketua OSIS di sini, kamu seenaknya saja ya!” sahut dia sambil menelendang kasar kakimu dan itu rasanya pasti sangat sakit.

“Seenaknya apa, aku ngak ngapa-ngapain,” teriakmu membela dan langsung berdiri walau wajahmu meringis menahan sakit.

Kemudian ka Sugi datang dari arah yang gelap. “Dia orangnya Bang yang membuat geng kita berantakan!” sahut ka Sugi.

Kamu yang melihat ka Sugi langsung mengerti apa artinya semua itu. Geng premanisme yang pernah di ketua ka Sugi di sekolah dan dilanjutkan oleh Mix yang ditunjuk sebagai ketuanya. Ternyata benar geng premanisme itu memiliki pemimpin di balik layar dari luar sekolah dan pemimpinnya adalah orang yang sebelumnya memukul dan menelendangmu tanpa asa.

Kamu mendapatkan bocoran tentang sistem koordinasi premanisme di sekolah Pemimpin dari ka Ending. Secara diam-diam kamu memutuskan jaringan premanisme itu karena orang yang ditunjuk sebagai ketuanya adalah Mix, temanmu sendiri. Mix yang merupakan temanmu sejak kelas VII telah siap untuk bekerjasama denganmu menghentikan jaringan premanisme di sekolah yang memiliki pusat organisasi dari luar sekolah. Kalian berdua pun merajia perwakilan dari setiap kelas yang berbau premanisme hingga jaringan itu terputus dengan pusat organisasi.

Lihat selengkapnya