Cinta Monyet Bukan Cinta Pertama

Prayogo Anggoro
Chapter #24

Paskibra

Paskibra merupakan sebuah wadah generasi muda Indonesia dalam mewujudkan rasa berbakti dan berbela Negara. Tugasnya yang khusus mengibarkan bendera merah putih dapat memupuk rasa cinta terhadap tanah air ibu pertiwi hingga dapat memujudkan suatu sosialisasi terhadap masyarakat untuk menjaga sang dwi warna agar tetap berkibar selama-lamanya. Paskibra memiliki lambang sebuah bunga teratai ((Nymphaea). Bunga teratai yang akarnya menjalar dalam air yang berlumpur (tanah) dan tumbuh batangnya di dalam air hingga daun menyebar di permukaan air menyangga bunganya mekar dengan warna yang cerah di udara menjadikan bungga teratai memiliki keunikan dan makna tersendiri dalam paskibra.

Kehidupan bungga teratai antara tanah dan air memiliki pencerahan terhadap Negara Indonesia yang menyebutkan negrinya tanah air berbeda dengan Negara lain yang menjuluki negrinya mother island hingga paskibra memiliki makna sebagai pelindung Negara Indonesia yang pastinya tumbuh di seluruh kepulauan Indonesia. Selain itu, bagian bunga teratai yang tergambar dalam lambang paskibra dari tiga kelopak bunga yang menjulang ke atas bermakna disiplin, aktif dan gembira, sedangkan tiga kelopak bungga yang mendatar memiliki makna belajar, berbakti dan bekerja. Ditambah lagi dengan tangkai bunga teratai, menggabarkan bahwa paskibra hidup dari ketidaktahuan menjadi tahu. Warnanya yang hijau pun menjadikan paskibra sebagai perintis generasi muda penerus bangsa yang berbakti dan berbela Negara.

Sore hari itu, paskibra dilantik oleh kepala distrik Pasundan sebagai pasukan pengibar bendera yang sah. Kamu dan anggota paskibra yang lain telah berjanji di atas nama bendera merah putih dan bendera paskibra untuk mengemban amanat yang bertanggungjawab terhadap suksesnya pengibaran sang dwi warna.

Selain itu, kalian yang resmi menjadi anggota paskibra mendapatkan lencana anggota dan lencana kepemimpinan. “Tunjukkan semangat juang kalian dan jangan menyerah!” Ka Adi berpesan untuk kalian sebelum gladi resik dibubarkan.

“Siap!” sahut kalian kompak.

Sebelum matahari tenggelam, kalian semua pulang ke rumah untuk istirahat penuh dan berdoa hari esok lebih baik dan sukses.

***

“Apa Kaka deg-degan?” tanya Neni padamu.

Kalian berjalan bersama ke kantor pemerintahan distrik Pasundan untuk persiapan perlengkapan seragam dan kerapiannya. “Tentu saja, semua anak pasti deg-degan!” jawabmu.

“Aku takut kalau nanti kita gagal!” ujar Neni.

Kamu berhanti dan berbalik menghadap Neni sambil menyentuh bahunya lembut. “Paskibra itu tidak perlu takut, karena jiwa paskibra adalah seorang pahlawan yang berani untuk berjuang!”

Neni tersenyum semangat. “Ya, aku harus berani!”

Selanjutnya, kalian berdua melanjutkan perjalanan menuju kantor pemerintahan distrik Pasundan. Di sana sudah ada banyak anak yang lain yang mulai mempersiapkan mental.

“Harrel, bagaimana denganmu? Kamu nanti berdiri di barisan depan!” Ita menghampiri kalian.

“Apa kamu mulai menyesal mengajakku masuk paskibra dan takut aku melakukan kesalahan?” balasmu ketus.

Ita tersenyum getir. “Kamu mulai sombong ya!”

Kamu langsung tertawa mendengarkan penilaian Ita. “Lagipula kan yang berdiri di barisan depan bukan hanya aku saja, ada Nendi sama Ace! Em Alan juga sebagai danton!”

“Iya deh aku percaya! Kamu kan ketua OSIS gak mungkin takut berdiri di barisan depan!” ujar Ita, “sudah pakai seragammu, aku sudah menyiapkannya!” lanjut Ita.

“Ok! Ma kasih ya Ta, kamu perhatian banget!” balasmu sambil tersenyum, kemudian berjalan menuju kantor dikstrik untuk mempersiapkan diri mengenakan seragam paskibra.

Kamu berdiri di depan cermin dengan menggenakai pakaian putih ala paskibra yang masih polos tanpa atribut, rambutmu pun rapi dengan gaya 121 style paskibra. Kamu menatap dirimu dalam cermin dan mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa kamu bisa menjadi paskibra yang baik.

Di sampingmu, Diana berdiri memperhatikanmu. Terkesima melihat kegagahanmu mengenakan seragam paskibra. Kamu terlihat sebagai pasukan yang sempurna. “Ka Harrel!” Diana menyapamu sambil berjalan mendekatimu.

Kamu langsung menolehnya. “Diana, sudah dari tadi?”

Lihat selengkapnya