Seperti biasanya, setiap sore di hari rabu_kamu dan Diana berlatih basket bersama setelah jam ekschool selesai. Kalian berdua pun meninggalkan lapangan basket bersama sekitar jam setengah enam. Matahari masih terlihat di ufuk barat. Kalian berdua sampai di tempat parkiran sepeda untuk pulang, tapi kamu harus ketahui bahwa Alan berada di sana melihat kalian berdua. Astaga, apa yang terjadi?
Sebelumnya, Alan tidak tahu apa yang kalian lakukan di jam ekschool yang sama. Melihat kalian berdua secara kebetulan karena niat Alan menjemput Diana setelah usai marching band, Alan cemburu dan ternyata selama itu kalian bermain bersama di belakangnya.
“Kenapa kamu berbohong Na?” ucap Alan karena dia tahu bahwa Diana sering pulang malam ketika jam ekschool seperti yang ibunya katakan ketika Alan apel malam minggu.
Diana mengaku suka bermain bersama temannya jadi pulangnya kemalaman, tapi ternyata temannya itu adalah kamu. Alan langsung memutarbalikkan sepedanya dan pergi meninggalkan kalian berdua. Alan yang tadinya senang karena ingin menjemput Diana, menjadi kesal karena tersakiti melihat kalian. Lupakan masalah Alan!
“Ka Harrel, aku bonceng ya! Biar sekali-kali aku membonceng Kaka,” ujar Diana meraih setang sepedanya.
Kamu mencoba menarik setang sepedanya juga dari arah yang berlawanan, “Memangnya kenapa? Biasanya kan aku yang bonceng kamu, masa aku dibonceng cewek!” sahutmu ketus.
“Kali ini saja! Kaka kan capek!” Diana melebarkan senyumnya.
Kamu tidak menyangkalnya lagi. “Ya sudah!”
Kemudian, kamu duduk di belakang Diana dan Diana mulai mengayuh sepedanya meninggalkan lingkungan sekolah. “Ayo kita pulang!” teriak Diana terdengar manja dan bercanda.
***
Saat jam istirahat siang itu, kamu keluar kelas dengan rasa lega karena selesai mengikuti ulangan kompetensi pelajaran matematika. Kamu melihat koridor masih sepi oleh murid-murid yang biasa berlalu lalang di jam istirahat karena sebenarnya kamu terlalu cepat keluar kelas. Kamu duluan selesai mengerjakan ulangan sebelum bel istirahat berbunyi. Hebat! Kemudian, sebuah pintu dari kelas bahasa Indonesia IX terbuka dan murid-murid yang bersemayam di dalamnya langsung berbuyar seperti burung walet keluar sarangnya. Terlihat di antara mereka, Alan berdiri di tengah koridor sambil menatapmu tajam. Ada apa ya? Oh kira-kira apa yang akan terjadi?
Dengan langkahnya yang tegas dan pandangan mata yang tak ingin melihat wajahmu, dia mendekatimu dan langsung menarik tanganmu. Membawamu ke arah toilet kelas IX yang berada di belakang kelas. Kamu hanya terdiam dan menatapnya heran. Tanganmu yang dipegang begitu keras oleh lengannya hingga memperlihatkan ototnya, kamu tidak berani bicara dan mencoba mengikutinya. Kamu tahu Alan sedang marah besar padamu saat itu?
Sesaat sampai di depan toilet anak laki-laki, Alan langsung mendorongmu ke dinding dan meringkus kerah bajumu dengan kuat hingga kamu tertekan di dinding. Kamu masih terdiam sebelum Alan berbicara dan hanya menatap wajahnya yang merah marah. “Apa maksudmu mendekati Diana? Jangan berani-beraninya kamu merebut Diana dariku!” ujar Alan langsung memperingatimu.
Kamu tersenyum ala libra boy seolah merasa tidak bersalah. Dengan sekuat tenagamu, kamu melepaskan jari-jari Alan dari kerah bajumu yang membuat kerah bajumu ringkes dan seragamnya keluar tidak rapi.
“Kamu tidak tahu ya! Semua murid tahu yang menyukaiku itu Diana dan Diana yang selalu ingin bersamaku, jadi jangan kamu anggap aku merebut Diana darimu!” balasmu santai tapi dingin, sambil memperingatinya. Kedengaran lebih kejam dari Alan!
Alan tahu tentang hal itu, dia pun terlihat malu padamu hingga dia langsung meninggalkanmu sambil menampar dinding dengan marah. “Sial!” teriak Alan cukup keras.
Kamu hanya tersenyum melihatnya sambil merapikan seragammu yang berantakan karenanya. “Hufft… payah!”
Ini bahaya, kamu harus tahu!
Setelah Alan memperingatimu, Alan langsung menemui Diana di kelasnya dan meminta Diana untuk jujur padanya. Alan tidak mau dirinya hanya menjadi pelarian saja sedang hati Diana masih menyukaimu.
Alan begitu kesal dan itu adalah marah besarnya yang pertama pada Diana. Alan tidak pernah berpikir buruk pada Diana, tapi Diana bermain denganmu di belakangnya. Kamu itu tidak sadar pernyataanmu itu membuat Diana buruk di mata Alan.
Kemudian, Alan langsung menemui Diana di kelasnya dan membawa dia keluar untuk berbicara dua mata di lorong menuju toilet kelas VIII. “Apa kamu masih mencintai Harrel?” tanya Alan sambil marah.