Cinta Monyet Bukan Cinta Pertama

Prayogo Anggoro
Chapter #29

Kenangan

Suatu saat yang lalu, di sore hari hujan mengguyur deras di distrik Pasundan. Sebuah halaman tempat kursus bahasa inggris penuh dengan muridnya yang telah usai dengan materi hari itu. Mereka duduk di depan tempat kursus menunggu hujan reda sampai senja mulai menghilang. Di sana juga ada kamu dan Winda.

“Harrel, kita pulang yuk! Kalau nunggu hujan reda nanti kemalaman!” rengek Winda yang ingin nekad hujan-hujanan.

“Kalau sakit bagaimana? Besok kan sekolah!” balas kamu masih ingin bertahan menunggu hujan reda.

Gadis berambut panjang dan berkulit putih seperti salju ikut bicara. “Iya, Win! Lagipula anak-anak yang lain juga nunggu hujan reda!” ucapnya sambil memegang payung. Meskipun dia membawa payung, dirinya takut karena hujannya sangat deras dan menyeramkan.

Winda menghela kesal karena kamu tidak mau diajak pulang hujan-hujanan. Kamu benar jika hujan-hujanan di tegah hujan yang sangat deras dan berangin kencang, kalian bisa terserang demam. Tapi, Winda takut kalau harus pulang kemalaman dan tidak akan peduli meskipun sakit.

“Terserah kamu Rel!” ujar Winda menyingkir darimu dan Prisma.

Sebenarnya, Winda ingin pulang karena sebal melihat kamu bersama Prisma saat itu hingga dirinya merasa dicuekin olehmu. Karena itulah Winda lebih rela sakit demam hujan-hujanan daripada menunggu hujan tapi kamu diamkan.

“SMP nanti kaka melanjutkan sekolah ke mana?” tanya Prisma.

“Aku belum tahu soalnya banyak pilihan,” jawab kamu menggantung.

Prisma tersenyum. “Nanti aku ingin melanjutkan sekolah dan masuk SMP Dupan!”

Kamu langsung menatap Prisma karena belum tahu nama sekolah itu. “SMP Dupan di mana?”

“Itu loh SMP 2 Pasundan, kan di singkatnya SMP Dupan!” jawab Prisma tertawa kecil. “Sekolah itu tidak jauh dari rumahku!”

Winda yang memperhatikan kalian berdua mengobrol terlihat manyun kesal. Winda teringat kejadian beberapa minggu sebelumnya ketika kalian mengukir nama kalian di buah mangga. Waktu itu kamu mengatakan: apa aku bisa menjadi pacar kamu?

Hal itu membuat Winda berpikir tentangmu dan menyukai kamu daripada kakamu yang umurnya terjangkau jauh. “Apa kamu lupa dengan kata-katamu Rel, aku mau menjadi pacarmu!” Itu hanya pikiran anak-anak bau kencur yang belum mengerti cinta, tapi tiba-tiba Winda keluar dari teras tempat kursus dan lari di antara derasnya hujan.

Kamu yang melihat Winda nekad masuk ke hujan langsung mengejarnya. “Winda, kamu mau ke mana sekarang hujan?” teriakmu sambil mengejar Winda.

Prisma pun langsung membuka payungnya dan menyusul kalian. Kamu mengejar Winda di jalanan yang sepi namun gemuruh hujan terdengar hebat mengguyur tubuh kalian. “Ka Harrel…” Prisma pun menyusul kamu di belakang.

Seketika, Winda berhenti mendengar suara Prisma memanggil namamu. Kamu yang mengejar Winda langsung menghampirinya. “Kamu kenapa Win? Kenapa kamu nekad hujan-hujanan seperti ini?”

Tiba-tiba Winda memukulmu dan Prisma yang menyusul kalian melihatnya. “Aku tidak ingin kehilangan kamu Rel, kamu adalah sahabat terbaikku di dunia ini dan hanya kamu yang peduli denganku. Aku tidak ingin kamu peduli dengan orang lain dan aku tidak ingin kamu bersama Prisma…” teriak Winda sambil menangis di antara derasnya hujan.

Prisma yang mendengarnya, dia langsung tidak berdaya. Seketika payung berwarna pink lepas dari pegangannya dan terbang terbawa angin. “Ka Harrel, aku suka kamu!” ucap Prisma pelan.

Winda langsung memelukmu, kamu memalingkan wajah melihat Prisma. Matamu langsung terbelalak melihat Prisma berdiri kehujanan dan payungnya terbang terbawa angin. “Prisma…?!”

Saat itu kamu tidak tahu apa yang terjadi dengan Prisma. Kamu begitu dekat di tempat kursus, bahkan Winda pun kamu acuhkan jika kamu bersama Prisma. Prisma adalah gadis manis yang enak kamu ajak bicara soal apa pun.

Kamu sadar sebagai anak ABG yang mulai menginjak umur belasan tahun, itu adalah sebuah hal ketertarikan kepada lawan jenis dan kamu sendiri tahu hal itu namanya cinta dari Winda yang selalu mengatakan mencintai kakamu. Kamu ingin membuktikan cinta seperti apa dan kamu rasakan cinta itu ada pada Prisma, tapi tetap saja kamu tidak bisa membuktikan adanya cinta. Itu hanya cinta monyet-monyetan. Sejak kejadian itu kamu tidak pernah lagi bertemu dengan Prisma, sedangkan Winda meninggalkanmu untuk melanjutkan sekolah di ibu kota yang jauh.

Tapi saat itu, kamu yang duduk di anak tangga yang terbuat dari batu dan tertata rapi dengan kawat, kamu meliht Prisma dengan orang lain yang duduk di dekatnya sebagai pacar.

“Apa perasaan itu masih ada?” gumammu mengingat Prisma sempat bertanya tentang Winda.

“Ada apa Rel?” tiba-tiba Mix merangkulmu sambil duduk di sampingmu. Mix menghisap lintingan tembakau di tangan kirinya dan meniupkan asap nikotin ke udara. “Kamu naksir ya ke anak Dupan itu?”

Kamu merebut lintingan tembakau dari tangan Mix, “dia hanya temanku waktu kursus bahasa inggris?!” Lalu kamu menghisap kenikmatan dari sebatang lintingan tembakau itu.

Lihat selengkapnya