Ok! Menurutmu duduk di dalam kelas sambil mendengarkan ocehan guru itu sangat membosankan. Karena hal itu, kamu kabur dari sangkar pendidikan yang sangat membosankan itu. Memangnya kabur-kabur seperti itu bermanfaat apa untukmu? Jauh di pelosok negri, banyak anak-anak yang harus berjuang menempuh jarak jauh, menyebrangi sungai tanpa jembatan, mendaki pegunungan dan melewati hutan hanya demi bisa bersekolah. Tidakah kamu tahu hal itu dan apa yang ada di pikiranmu?
“Stress aku hilang kalau begini, materi pelajaran yang mengulang semua dari kelas tujuh membuatku benar-benar pusing!” ucapmu sambil menghisap lintingan tembakau.
Saat itu, melinting tembakau sedang tren dalam pergaulan remaja soalnya orang yang melinting tembakau terlihat lebih keren dan yang menghisap lintingan tembakau pun lebih keren lagi. Dan budaya anak zaman sekarang telah berubah. Semakin menyimpang, tidak pada tempatnya. Atau memang zamannya harus berubah?
Mix yang menghisap asap tembakau langsung meniupkannya keluar seolah mengeluarkan semua beban dalam hidupnya. “Kalau aku tidak ada yang nyangkut sama sekali, semua materi pelajaran berterbangan di atas kepalaku!”
“Soalnya kamu kan bodoh!” sahut kamu ketus sambil menyenggol Mix.
Mix memasang wajah ngambeknya sementara kamu terkekeh. “Enak aja!”
Saat itu, kalian berdua sedang berdiri menghadap sungai dari atas Dam sambil menikmati suasana pagi yang segar dan sinar matahari yang menyehatkan. Di sana juga banyak anak yang lainnya. Mereka terlihat asik dengan kesibukannya sendiri. Ada yang bermain domino, menonton video porno, atau saling curhat masalah perasaan sesama cowok. Semua itu benar-benar kegiatan yang sangat tidak manfaat. Lebih baik itu, kalian berpikirlah dan belajar di kelas tahu!
Tiba-tiba dari arah utara seberang sungai datang rombongan anak SMP Dupan. Ya, siapa lagi kalau bukan mereka? Wajah mereka yang datang dengan berjalan yang kompak dari atas motornya terlihat menatap kalian serius. Rico yang memimpin mereka pun tidak terlihat membawa kehangatan saat itu.
“Hai! Kalian ke sini juga!” Kamu melambaikan tanganmu pada mereka karena memang sebelumnya hubungan kalian baik-baik saja.
Mix yang melihat respons mereka sangat dingin segera berbisik padamu. “Kayanya ada masalah nih!”
Lalu, Rico berdiri di depanmu sambil tersenyum kecut. “Apa sudah puas kamu bermain di belakangku?”
Kamu terkejut mendengar ucapan Rico. “Bermain apa?”
Wajah Rico memerah seolah menaikan radar emosinya. Seketika Rico langsung merengkus kerah bajumu. “Jangan berlaga bodoh kamu!”
Saat itu, semua temanmu dari SMP Pemimpin berkumpul di belakangmu. Mereka berfirasat akan terjadi peperangan. “Tunggu, aku benar-benar tidak mengerti maksudmu? Bukankah kita teman?” Kamu merentangkan tanganmu untuk menerima kedatangan mereka dengan hangat.
Dengan cukup kasar Rico melepaskanmu sambil mendorongmu ke belakang. Dengan wajah dinginnya, Rico kembali ke belakang. “Hajar mereka!”
Seketika kamu terkejut dengan sikap Rico. Beberapa anak SMP Dupan yang datang bersama Rico langsung menyerang kalian. Anak SMP Pemimpin yang sudah siap di belakangmu pun melawan serangan mereka.
Peperangan yang bisa disebut sebagai tawuran pun terjadi di atas jembatan Dam. Kamu yang berdiri di depan, mencoba menghindar dari pukulan tangan anak SMP Dupan sehingga pukulannya itu disambung untuk temanmu yang di belakang.
Kamu sendiri berlari mengejar Rico untuk meminta penjelasannya. “Rico ini semua apa maksudnya?” Dengan bodohnya kamu menyentuh bahu Rico.
Rico langsung menarik tanganmu sambil berbalik ke belakang. “Apa sebatas ini kehebatanmu, sangat lemah!” ucap Rico sambil memelintir tanganmu.
“Bukannya aku lemah, aku hanya ingin kita tetap menjadi teman!” ucapmu serius.
Rico langsung melepaskanmu. “Teman, bukannya teman sama saja dengan saingan lalu apa bedanya dengan musuh. Kita tetap akan bersaing.” Rico melemparkan pukulan padamu.
Secepatnya kamu menghadang pukulannya dan menggenggam erat kepalannya. Sambil menundukkan kepala kamu berkata. “Bersaing, jadi itu namanya teman bagimu!” Kamu langsung menatapnya dengan tajam dan mulai melawan Rico.
Pukulan demi pukulan dengan tangan kosong, kamu dan Rico bertarung sengit.
“Teman adalah tempat mencari kebebasan.” Kamu memukul arah wajah Rico dengan tangan kanan tapi Rico menahanmu.
Tangan kirimu mencoba memukul bagian dadanya, tapi Rico masih menahannya meskipun dia kewalahan hingga mengambil langkah mundur. “Teman adalah tempat berbagi kebahagiaan,” ucapmu saat memukulnya.
Lagi, tangan kananmu mencoba memukul bagian perutnya. Rico masih bisa menahannya. “Dan teman bukanlah musuh tapi teman adalah saudaraku!” Kamu langsung melemparkan pukulan tangan kirimu tepat mengenai pipinya.
Di saat itu teman kalian yang berkelahi secara acak, tiba-tiba berhenti mendengar teriakanmu mengenai arti sebuah teman. “Harrel, kamu….” ucap Mix tersentuh dengan perkataanmu.
Anak SMP Dupan pun terdiam melihat Rico berhasil kamu pukul. Mereka mengira Rico sangat kuat dan tidak pernah kalah melawan siapa pun. Benar, itu baru permulaan dan Rico mengangkat wajahnya lagi sambil melemparkan pukulannya.
“Teman hanyalah hiburan!” Rico berhasil meninju pipi kirimu karena kamu tidak siap melihat kemarahan Rico yang membuatmu terkejut. “Taman hanyalah mainan,” Rico memukul pipi kananmu dan kamu masih belum melawan atau menahan serangan. “Dan teman adalah sampah bagiku!” Rico langsung memukul perutmu hingga kamu mengeluarkan suatu cairan dari mulutmu.
Seketika kamu tumbang dan darah segar keluar dari sudut bibirmu. Mereka yang berdiri di sana tidak tahu apa masalah kalian berdua. Tawuran itu berhenti menjadi perkelahian antara kalian berdua.
“Apa yang sebenarnya terjadi, Rico itukah kamu yang sesungguhnya!” ucap anak SMP Dupan yang terlihat sangat mengenali Rico dengan baik.
Kamu mencoba berdiri, “Kamu sangat menyedihkan, ternyata kamu hanya seseorang yang bermain dengan sampah.” Kamu berdiri sambil tersenyum kecut padanya.