"Kenapa kamu menangis? Padahal aku sendiri belum menangis. Aku jadi bingung, siapa sebenarnya yang merasakan kesedihan. Ibumu tidak ada di sini untuk memelukmu dan membuatmu diam karena rengekanmu yang sangat terdengar itu."
Begitulah yang dikatakan oleh Arum di depan makam seseorang pengidap kanker paru-paru yang meninggal pagi dini hari kemarin. Saat itu, pesta kembang api sedang menghiasi langit malam yang sepi tanpa satupun bintang meneranginya.
Raka adalah orangnya. Ia sudah sejak remaja berumur 16 tahun, mengidap kanker paru-paru yang terkadang membuatnya sulit bernafas. Baginya, pasti terasa sangat nikmat ketika mendengar orang-orang yang bisa menghirup udara dengan baik dan bisa bernafas dengan panjang. Raka merasa, dirinya sangat iri pada orang-orang yang bisa bernafas dengan baik tidak seperti dirinya yang terkadang harus dibantu dengan alat pernafasan untuk membantunya bernafas karena paru-parunya tidak bisa mengambil dan menyaring udara dengan baik.
Dalam kesendiriannya, Raka pernah membuat sebuah video dokumenter tentang dirinya di saat-saat terakhir ia mengunjungi rumah sakit. Perkataannya begitu lembut dan tidak bisa terbayang oleh Arum ketika ia mendengarnya.
"Aku harap, aku memiliki paru-paru yang sama dengan orang kebanyakan. Aku ingin menghirup bagaimana rasanya mencium udara di tengah-tengah taman bunga dan udara segar di pedesaan, aku ingin merasakannya. Tapi, bagaimana cara Tuhan untuk berkata, itu lain dengan apa yang aku impikan dan bayangkan. Tuhan tidak mengizinkan saya untuk menghirup udara bebungaan segar juga udara di pedesaan yang sama sekali tidak memiliki aroma asap mobil ataupun rokok. Tapi, apapun yang Tuhan putuskan untuk saya, pasti adalah yang terbaik untuk saya. Kenyataannya, aku berhasil menemukan seseorang yang menerimaku apa adanya, dia sama sekali tidak memikirkannya, kanker paru-paru yang terkadang setiap saat akan mengancam nyawaku, perempuan itu selalu menerima kekuranganku apa adanya dan aku berencana untuk melamarnya. Terimakasih, Arum! Sudah ada bersamaku, menemaniku, menerimaku apa adanya. Kamu setia tidak seperti yang lain. Aku, mencintaimu."
***
Beberapa bulan sebelum kepergiannya.
"Selamat ulang tahun, Arum!"
Perayaan pesta ulang tahun Arum Syafira yang ke 25 tahun, di datangi oleh teman-teman alumni sekolahnya dari tingkat SMP hingga SMA, begitu dipenuhi dengan sukacita penuh dengan hiburan dan hadiah hadiah yang menumpuk di meja.
Kue stroberi berlapiskan coklat, terasa sangat lembut di mulut dan seperti tidak ingin kelembutan dan kenikmatan rasa ini berakhir di mulut mereka. Aroma lembut bebungaan segar yang berada di belakang rumahnya sangat terasa serta senyum anak-anak yang juga menghadiri acara ulang tahun tersebut membuat suasana semakin nyaman.
Sweet Krim lembut itu menempel di wajahnya, anehnya dia sama sekali tidak marah dengan hal itu.