Malam harinya, sunyi dan senyap suara jangkrik yang mencari pasangannya terdengar.
Rumah Raka yang berdampingan dengan kedai kopi miliknya, lembut bersinar bintang menyala di atasnya serta terdapat bebungaan segar yang biasa tumbuh di depan kedai kopinya, itu dipindahkan juga di depan halaman rumahnya.
Raka begitu tidak percaya seseorang akan melamar pekerjaan padanya. Sebagai manajer pemilik kedai, ia cukup santai dalam merekrut karyawannya dan terkadang sibuk dengan imajinasinya dan sama sekali tidak memikirkan pekerjaan. Raka selalu berharap, ia bisa memanfaatkan sisa waktunya dengan baik terutama ia ingin sekali merasakan bagaimana rasanya menikah dan menjadi seorang ayah.
Di dalam kamarnya, awalnya biasa-biasa saja. Raka menggunakan earphone untuk mendengarkan musik dari ponselnya sambil tiduran membaca sebuah buku yang ia angkat ke atas.
Buku novel sederhana namun menarik minat pembaca, novel karya YY adalah yang paling dicari olehnya. Singkat dan jelas, seperti mencerminkan kehidupannya yang sekarang ini.
Namun tidak ada yang bisa menyangkanya, nafasnya menjadi sesak dan terengah-engah. Raka merasa sedang berada di kepulan asap yang membuatnya tidak bisa bernafas dengan baik. Hanya sedikit udara yang bisa di hirupnya dan jatuh dari atas ranjangnya dengan memegang dadanya dengan sangat kuat.
Obat yang sudah di anjurkan dokter itu, sama sekali tidak bisa teringat olehnya dan tidak meminumnya malam itu, mengakibatkan paru-parunya tidak bisa berfungsi dengan baik dan sulit untuk menghirup udara.
Tangannya kemudian mengacak-acak mejanya yang sebelumnya terlihat rapi, menjadi berantakan karena tangan Raka yang bergerak tidak beraturan ditambah dengan sesak nafas yang dideritanya, membuatnya seperti menggila dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya dengan baik dan selalu membuat kekacauan.
Ayah dan ibunya Ardha juga dengan Rania yang mendengar suara bising seperti benda berjatuhan di sana, mulai memikirkan anak mereka yang takut jika sesak nafasnya kembali. Segera, mereka berlari menuju kamarnya dan melihat beberapa dari barang-barangnya jatuh karena Raka yang sebelumnya panik mencari obat miliknya. Ayahnya Ardha segera bergerak cepat mengambil alat bantu pernafasan jenis Nebulizer yang akan mempermudahkannya untuk bernafas.
Setelah cukup lama ia memakai alat bantu pernafasan untuk memudahkannya, dan wajah pucat yang kini telah menghilang, Ardha melepaskan alat bantu itu dan membiarkannya bernafas dengan sendirinya.
"Raka, kamu udah bisa bernafas dengan baik?"
Setelah merasakan sesaknya kembali, Raka membendung air mata dan kemudian memeluk ibunya yang sedang memangku tubuhnya yang lemah itu.
percaya ini menyakitkan untukmu dan ibumu juga serta ayahmu tidak bisa melakukan apapun. Sabarlah sedikit lagi, dan kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan nantinya.