Cinta: Rahasia Dibalik Dunia Virtual

Michelle Bernike T
Chapter #4

Bab 4

Hana meringkuk di balik selimutnya, mencoba mengusir sisa-sisa kegelisahan dari hari sebelumnya. Kemarin, tepat setelah bujukan halus dari Daim, dia menuju ke alamat rumah yang dimaksud, sebuah hunian modern di pinggir kota. Namun, dengan orientasi arahnya yang sama sekali nol, Hana akhirnya tersesat. Akibatnya fatal bagi penghuni baru rumah itu: Godiva, Kinder, dan Toblerone. Ketiganya yang baru saja menginjakkan kaki di rumah itu lima menit setelah dua jam penuh membereskan barang-barang milik Ganache, harus menerima telepon darurat dari Daim.

"Apa maksudmu kita harus keluar lagi untuk menjemput Ganache? Kita baru menginjakkan kaki di rumah ini lima menit yang lalu setelah dua jam penuh membereskan barang-barang milik Ganache!" suara Godiva, dengan nada kesal yang jelas, menggelegar dari sambungan telepon.

"Tepat seperti perkataanmu," jawab Daim datar, tak tergoyahkan. "Ganache tidak kembali dalam dua setengah jam. Seharusnya saat dia keluar rumah dan tidak ada kabar dalam tiga puluh menit, kakak akan pergi untuk menjemputnya."

"Terus, kenapa malah menelepon kita?" Godiva tak habis pikir.

"Yang belum kalian tahu, setiap kakak pergi menjemput Ganache, seseorang pasti berakhir buruk," jelas Daim, suaranya sedikit lebih berat. "Apa kalian mau merasakan hal yang sama? Kalian tahu kan kalau sebutan ternak itu muncul karena tidak adanya tanggung jawab dari mereka yang menjadi partner-nya, terkadang bahkan sampai melibatkan beberapa warga sipil?"

Ekspresi ketiga pria tersebut memucat secara bersamaan. Bayangan akan "ternak" yang menghilang, atau bahkan insiden yang melibatkan orang tak bersalah, melintas di benak mereka. Daim mendengar suara makian dan benda jatuh dari balik panggilan telepon, yang membuatnya merasa cukup untuk hari itu dan mematikannya tanpa menunggu respons lebih lanjut. Ketiga pria itu keluar rumah dan mendapati Daim yang menunggu di dalam mobil milik Ghirardelli dan menyerahkan sebuah alat ke mereka.

"Ini..."

"Alat yang dipakai kakak untuk menemukan Ganache. Mulai sekarang kalian yang mengurusnya."

Di sisi lain, Hana kembali beraksi. Dengan bekal tekadnya, dia memutuskan untuk mencari tempat baru yang belum pernah dia kunjungi. Hana berjalan tak tentu arah, kakinya membawanya menyusuri labirin jalanan kota yang asing. Langkahnya berhenti di sebuah gedung apartemen tua yang sarat keberadaan manusia, namun terlihat sepi dan ada garis polisi membentang. Ia merasakan keanehan. "Aneh, apa ini hanya perasaanku saja, atau ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuanku?" gumamnya, lebih pada diri sendiri.

Hana yang terlalu percaya diri melangkahkan kakinya memasuki pintu apartemen, entah bagaimana berhasil melewati pita kuning polisi tanpa disadari. Dengan akses lift yang ditutup, dia hanya bisa menaiki puluhan lantai apartemen tersebut menggunakan tangga darurat. Nafasnya sudah terengah-engah di lantai dua, paru-parunya terasa seperti terbakar.

‘Sistem, apa kamu bisa memberitahuku apa yang terjadi dengan tempat ini?’

[ Telah terjadi situasi darurat di daerah sini, host! Tepatnya di apartemen puluhan tingkat, ah! Disini. ]

Lihat selengkapnya