Cinta Rahasia Sang Dokter

Rinaha Ardelia (Seorin Lee)
Chapter #4

Perasaan Menyesal

“Dasar pengganggu! Mau tahu aja urusan orang lain,” ucap Ruben agak ketus.

Ruben kesal sekali lantaran Sean masih saja mengganggunya. Tidak hanya di Rumah Sakit, di rumahnya pun pemuda tengil itu masih saja mengusiknya.

Sean menoleh sebentar ke arah Ruben. Kemudian, dia menerobos masuk untuk melihat-lihat keadaan⸺seisi rumah sepupunya itu. Siapa tahu dia menemukan sesuatu yang aneh dan mencurigakan di sana. Apalagi setelah tahu Emery buru-buru meninggalkan rumah Ruben. Ish! Kepo sekali dia.

Sean pergi ke kamar Ruben. Dia penasaran sekali. Benar saja. Seperti dugaannya. Rupanya mereka sudah menghabiskan malam bersama, pikir Sean sok tahu.

“Lo sama koas itu ada hubungan apa?” tanya Sean. Nada bicaranya langsung berubah dan agak santai. Tidak seperti waktu di Rumah Sakit yang harus bicara dengan gaya formal. Karena Ruben adalah atasan Sean di tempatnya bekerja.

“Ah, apa jangan-jangan kalian udah tidur bareng? Iya, kan?” tuduh Sean mantap.

Ruben menoleh ke arahnya dengan tatapan mata sebal. “Lo datang ke sini hanya untuk mencari tahu tentang hal itu?” cibirnya. “Buang-buang waktu aja kalau gitu.”

“Nggak juga,” sangkal Sean.

“Terus? Masalah buat lo sekarang?” Ruben makin menunjukkan kekesalannya.

“Gue jadi ingin tahu, apa yang lo lakukan dengannya semalaman?” Sean makin kepo.

“Bukan urusan lo!” sahut Ruben. Sean tersenyum agak sinis menanggapinya.

Usai dari kamarnya Ruben, Sean duduk di ruang tengah, di sofa panjang warna abu-abu sambil menekan remot tv.

Akhir pekan ini, katanya Sean tidak ada kerjaan dan tidak ada rencana untuk bepergian. Jadi, dia akan menghabiskan waktunya seharian bersama sepupu tercintanya, Ruben.

“Ogah! Pergi sana!” Ruben menolaknya dengan tegas. Setelah tahu niat Sean sebenarnya. Dia masih memiliki kegiatan lain yang lebih berfaedah. Dibandingkan harus menemani Sean seharian di rumahnya.

“Gue masih ada urusan. Jadi, lo pergi sekarang juga!” usir Ruben sambil menunjuk ke arah pintu keluar.

“Ya ampun! Galak banget sepupu gue yang satu ini. Ckckck,” Sean berdecak.

“Mendingan lo pergi dari sini, Sean. Kehadiran lo itu nggak pernah diharapkan di rumah ini. Paham?” usir Ruben lagi.

“Sabar, Bro! Gue ke sini, kan, ada niat baik. Silaturahmi dengan keluarga. Kalau lo bukan keluarga gue, malas banget gue berkunjung ke rumah ini,” kata Sean beralasan. Dia sedang membela dirinya sendiri.

Ruben tidak begitu menanggapi pernyataan Sean. Dia berjalan ke dapur dan membuat kopinya sendiri. Saat dia menyeduh kopi, tiba-tiba dia teringat kejadian kemarin siang. Ketika Emery tak sengaja menumpahkan kopi panas ke celananya.

“Gadis bodoh!” gumam Ruben. Dia senyum-senyum sendiri memikirkannya sambil mengaduk-aduk kopi dengan sendok kecil di gelas kopinya.

Lihat selengkapnya